Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembunuhan Mahasiswi di Medan Terungkap, Pelaku Mengaku Dendam, Nekat Bawa Pisau Dapur

Kasus pembunuhan Bunga Lestari, mahasiswi Polmed (Politeknik Medan) di kamar indekosnya di Jalan Sipirok akhirnya terungkap

Editor: Sanusi
zoom-in Pembunuhan Mahasiswi di Medan Terungkap, Pelaku Mengaku Dendam, Nekat Bawa Pisau Dapur
net
ilustrasi. seorang wanita bernama Bunga Lestari, mahasiswi Politeknik Medan, menjadi korban pembunuhan di kamar indekosnya di Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Jumat 7 April siang sekitar pukul 13:00 WIB. Ia mengalami 16 luka tusuk di kepala dan tubuhnya. 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kasus pembunuhan Bunga Lestari, mahasiswi Polmed (Politeknik Medan) di kamar indekosnya di Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara, Jumat (7/4/2023) akhirnya terungkap.

Polisi menangkap pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20) yang berprofesi kuli bangunan. Pembunuh mengaku sakit hati dengan ucapan korban.

12 Jam

Hanya sekitar 12 jam setelah kejadian atau tepatnya pada Sabtu 8 April, dinihari sekitar pukul 01:00 WIB.

Baca juga: Kronologi Mahasiswi Politeknik Medan Tewas Setelah Ditikam Pria Misterius di Kamar Kos

Kapolsek Sunggal Kompol Chandra Yudha Pranata mengatakan, berdasarkan identitas pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), warga Dusun Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

Dia ditangkap kediamannya, di Jalan Cinta Karya, Gang Landasan, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.

Yudha menyebut motif pembunuhan ini didasarkan dendam pelaku terhadap korban

Berita Rekomendasi

Pelaku merasa tidak terima dituduh sebagai pencuri laptop. Antara pelaku dan korban pun saling mengenal karena pelaku pernah bekerja di indekos korban.

"Alhamdulillah setelah kita lakukan pengembangan, yang bersangkutan mengakui perbuatannya. Motifnya adanya dendam. Dimana pelaku sering dikatai sebagai pencuri laptop, maling seperti itu," kata Kapolsek Sunggal Kompol Chandra Yudha Pranata, Sabtu (8/4/2023).

Pada dua hari yang lalu Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), merencanakan pembunuhan terhadap Bunga Lestari. Dia membunuh dengan pisau dapur yang dipersiapkan dari dapur rumahnya.

Atas perbuatannya, pelaku terancam kurungan penjara seumur hidup atau hukuman mati.

"Pasal 340 Subsider 351 ayat 3 yang mengakibatkan meninggal dunia," pungkas Yudha.

Mengaku

Saat di hadapan Polisi dan awak media, pria bertubuh kurus ini mengakui perbuatannya telah membunuh Bunga.

Dia mengatakan, membunuh karena merasa sakit hati dan dendam dengan ucapan korban.

Korban disebutnya sering menuduhnya sebagai pencuri laptop, meski tidak diakuinya.

"Saya dendam pak. Saya bolak balik dituduh," kata Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), pelaku pembunuhan Bunga Lestari.

Karena merasa dituduh inilah kemudian ia merencanakan pembunuhan sejak dua hari lalu.

Dia mempersiapkan pisau dapur dari rumah, lalu pada Jumat siang sekitar pukul 13:00 WIB mendatangi kamar indekos korban dan langsung menyerangnya.

Ia menghujani korban dengan pisau dapur berbahan stainless steel hingga korban tak berdaya, kemudian kabur.

Saat ditemukan sesama anak kos lainnya, korban sendiri masih bernyawa hingga akhirnya dibawa ke RS Universitas Sumatera Utara.

Namun beberapa saat kemudian, Bunga dinyatakan tewas dan jenazahnya langsung dibawa ke RS Bhayangkara TK II Medan.

"Sudah direncanakan. Pisau dibawa dari rumah,"akunya.

Pelaku ditangkap di kediamannya di Jalan Cinta Karya, Gang Landasan, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Sabtu dinihari.

Kronologi

Menurut cerita ayah korban bernama Sakino, di hari kejadian, atau sekira pukul 13.45 WIB, Sakino bergegas pulang ke rumah usai salat Jumat dari masjid dekat rumahnya di Lingkungan IV, Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Langkah kakinya lebih cepat berjalan dari sebelumnya menuju ke rumah.

Berjarak sekitar 10 meter dari rumah, dia mendengar suara telepon istrinya berdering, mendapat telepon dari anak bungsunya, Bunga Lestari yang berada di Kota Medan.

Kemudian telepon pun diangkat sang istri.

Dari jarak ini Sakino melihat istrinya tergagap-gagap menerima panggilan.

Baca juga: Daftar 4 Korban Pembunuhan Mbah Slamet yang Telah Teridentifikasi, 8 Orang Lainnya Masih Misteri

Seketika ia langsung berlari dan merebut ponsel istrinya, lalu berbicara dengan penelepon, yang mengaku bukan Bunga, anaknya.

Lantas ia menanyakan siapa yang memegang dan menelpon melalui handphone anaknya.

Dengan nada kurang jelas si penelepon terbata-bata berbicara.

Dia meminta agar keluarga Bunga Lestari segera datang ke Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

Kata si penelepon, Bunga mengalami pendarahan hebat sehingga harus sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit Universitas Sumatera Utara (USU) di Jalan dr Mansyur Medan.

Disini Sakino makin bingung, karena penelpon tak menjelaskan apa yang dialami anaknya.

"Bunga mengalami musibah. Pokoknya bapak datang kemari," kata Sakino menirukan percakapan.

"Bisa datang, cuma kami jauh, di Batang Toru," jawab Sakino.

Suasana hati Sakino dan istrinya semakin tak karuan.

Karena jauh berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, lantas dia menghubungi besan nya di Medan untuk segera datang ke indekos anaknya tersebut.

Sementara dia dan istrinya langsung mencari mobil travel supaya bisa langsung ke Medan tanpa mengetahui pasti apa yang dialami Bunga.

Kurang lebih satu jam kemudian, baesan atau mertua anaknya menelpon dan mengatakan sudah sampai di RS USU.

Disini dokter meminta persetujuan agar anaknya bisa dioperasi.

Sementara Sakino dan istrinya juga sedang berada di dalam perjalanan menuju ke Medan dan langsung mengiyakan persetujuan melalui besan nya.

"Lalu dapat informasi dari dokter, meminta izin dilakukan operasi. Saya bilang silakan saja. saya, minta tolong baesan urus semuanya."

Pukul 17:00 WIB, mobil travel yang ditumpangi ayah dan ibu almarhum Bunga terus melaju.

Sepanjang perjalanan, mereka berdoa dan berharap cemas dalam hati atas nasib anak terakhirnya di rantau.

Disini mereka menerima telepon kalau anaknya akan dirujuk ke rumah sakit lain karena tingkat keparahan yang dialami.

Lantas ia pun langsung menyetujuinya.

Sekira pukul 17:40 WIB, ia dan istrinya sampai di Tarutung.

Sopir berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) mobil.

Saat itu handphonenya berbunyi.

Dia langsung bergegas merogoh kantongnya dan mengangkat telepon dari besan nya.

Bak disambar petir.

Kabar buruk datang.

Bunga dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.

"Saya berhenti di pom bensin, dikasih tau kalau Bunga sudah meninggal," ucapnya.

Mendengar kabar ini Sakino dan istrinya lemas, tak mampu berkata-kata.

Lantas mereka diminta kembali ke Tapanuli Selatan, menunggu jenazah anaknya diantar ke rumah.

Kira-kira 10 menit memutar arah jalan pulang, telepon berdering.

Ternyata jenazah Bunga tak bisa langsung dibawa pulang karena harus divisum dan autopsi.

Perasaannya semakin tak karuan ketika polisi tak bisa memberi kepastian kapan jenazah anaknya bisa dibawa ke kampung halaman.

"Kami komunikasi lagi supaya bisa disegerakan. Keluarga sudah kumpul di kampung. Sampai jam 3 malam, minta KTP, videokan karena ada kesepakatan," terang Sakino.

Bunga Lestari merupakan mahasiswa Politeknik Medan.

Dia menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), kuli bangunan sadis yang menghujami Bunga dengan pisau dapur pada Jumat siang.

Usai diautopsi, jenazah Bunga langsung dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan dan tiba pada hari Sabtu 8 April, sekitar pukul 11:00 WIB.

Suasana duka langsung menyelimuti kediaman Bunga di Lingkungan IV, Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Orang tuanya dan para tetangga langsung menagis histeris melihat kedatangan jenazah Bunga.

Setelah tiba, jenazah langsung dimandikan, disalatkan lalu dimakamkan sekitar pukul 14:00 WIB.

"Pemakaman di impres Aek Pining sekitar jam 14:00 WIB," katanya.

Sakino mengenang, Bunga Lestari merupakan anak yang baik.

Dia dikenal pemalu dan penakut jika harus keluar rumah.

Selama di kampung, jika hendak kemana-mana pasti selalu ditemani ibu atau abangnya.

Bahkan selama Bunga di Medan selama setahun lebih.

Anak ketiga dari 3 bersaudara itu pemalu jika harus keluar dari indekos.

Bunga Lestari telah dimakamkan.

Teman dan keluarganya berduka atas kehilangannya yang tragis.

Sakino berharap, pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20) dihukum seberat-beratnya.

Bahkan bila perlu pelaku dihukum mati.

"Saya minta pelaku segera diadili seadil-adilnya dan diberi hukuman seberat-beratnya. Kalau harus hukuman mati, harus dilakukan,"pintanya.

16 Luka Tusuk

Sebelumnya, seorang wanita bernama Bunga Lestari, mahasiswi Politeknik Medan, menjadi korban pembunuhan di kamar indekosnya di Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Jumat 7 April siang sekitar pukul 13:00 WIB.

Korban sempat dibawa ke RS Universitas Sumatera Utara, namun nyawanya tak terselamatkan. Ia mengalami 16 luka tusuk di kepala dan tubuhnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Mahasiswi Polmed Dibunuh Pakai Pisau Dapur, Ayah Korban Minta Pelaku Dihukum Mati

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas