Cerita Pilu di Balik Perilaku Ganjil Dokter Wayan hingga Sengaja Biarkan Sampah Berserak di Rumahnya
Bagaimana bisa seorang dokter tak peduli kebersihan rumahnya? Dokter Wayan bisa jadi pengecualian.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sulit membayangkan seorang dokter tak peduli dengan kebersihan rumah. Sebab, kebersihan merupakan bagian dari upaya untuk hidup sehat.
Namun, Dokter Wayan bisa jadi pengecualian. Rumah mewah miliknya di Kampung Pasir Waru, Desa Karanganyar, Kecamatan Klari, Karawang, terlhat kumuh. Banyak sampah sengaja dibiarkan berserakan.
Bahkan ketika masyarakat berinisiatif membersihkan sampah di rumahnya, dokter Wayan menolak. Alasannya di luar dugaan, yakni agar burung-burung masuk ke rumahnya bisa makan.
Dokter Wayan pun tak mau pohon-pohon di pekarangan rumahnya ditebang. Menurut dia, pohon juga butuh hidup.
Warga sekitar tidak diperbolehkan Dokter Wayan untuk mengambil buah mangga yang matang di pohon miliknya.
"Katanya buat makanan kelelawar. Kalau mangganya diambil, kelelawar makan apa. Kalau orang kan bisa beli (makanan) di pasar," kata seorang tetangga Dokter Wayan.
Perilaku Dokter Wayan yang ganjil bukannya tanpa sebab. Seorang tetangga meyakini hal itu berkaitan dengan kisah asmara sang dokter yang tak berujung bahagia.
Baca juga: Populer Regional: Fakta Rumah Mewah Dokter Wayan - Viral Bos Perusahaan Paksa Karyawati Bersetubuh
Dokter Wayan selama hidupnya dua kali menikah. Pernikahan pertamanya dengan seorang bidan berakhir perceraian.
Beberapa tahun kemudian Dokter Wayan menikah lagi dengan wanita muda. Ia sangat mencintai wanita itu.
Bahkan ia membiayai kuliah istri keduanya. Namun, setelah lulus, wanita itu meninggalkannya.
Dokter Wayan diduga mengalami patah hati. Sebab, Dokter Wayan mulai cuek dengan kebersihan hingga menimbun sampah di rumahnya sejak ditinggal oleh istri keduanya.
Dikutip dari Bustle, konselor kesehatan mental, Brennan C. Mallonee, berkata bentuk patah hati pada tiap orang berbeda. Sebab, patah hati adalah bentuk kesedihan.
Sebagian orang yang mengalami patah hati cenderung mengabaikan kebutuhan personalnya.
"Siapa lagi yang peduli akan kebutuhan pribadi Anda kecuali diri Anda sendiri? Selama masa duka, pemenuhan kebutuhan personal bisa terabaikan padahal sebelumnya Anda orang yang rajin dan menyukai kebersihan," kata Joshua Klapow, seorang psikolog klinis.