Maradinata Ungkap Putrinya Meninggal di Gendongan Saat Dirinya Berjalan Kaki Kurang Lebih 5 Menit
Mereka tetap berangkat dengan menggunakan penerangan seadanya melintasi perkebunan kopi dengan kontur naik turun di tengah malam yang gelap gulita
Editor: Eko Sutriyanto
Tak ada sedikitpun rasa takut yang mengurungkan niat Martadinata dan istrinya malam itu, walau berisiko bertemu hewan buas mereka menguatkan hati dan pikiran untuk segera membawa anak nomor duanya itu ke desa dan segera menuju rumah sakit terdekat.
"Kami pun berangkat saat itu anak saya muntah-muntah terus belum lama kami mulai berjalan mungkin sekitar 5 menit lebih anak saya meninggal dalam gendongan saya," ujarnya.
Saat Maradinata menyadari jika Meilani telah meninggal dalam gendongannya, ia terus menguatkan hatinya untuk membawa anaknya ke desa dengan terus berjalan kaki bersama istrinya menempuh jarak 10 km jauhnya.
"Setelah sampai di jalan besar atau desa terdekat Desa Gunung Meraksa Lama di itulah saya bertemu polisi yang sedang patroli, di sana saya ceritakan kepada mereka lalu saya minta diantar pulang ke Desa Landur," katanya.
Ia bercerita jika pagi harinya sebelum berangkat ke talang anak mereka sehat.
Anak keduanya mulai mengeluhkan sakit perut pada malam harinya.
"Anak saya sehat-sehat saja hari itu neneknya juga sempat mengantar ke talang, akan saya mulai keluhkan sakit perut pada malam harinya," ujarnya.
Adapun Meilani telah dimakamkan di hari yang sama saat ia meninggal yakni Minggu 2 Juli 2023 di pemakaman umum Desa Landur.
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Ayah di Empat Lawang Menembus Gulita Jalan Kaki 10 Km Antar Anak Sakit, Meninggal di Gendongan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.