Warga Banten Berutang Rp4,51 Triliun di Pinjaman Online: 1,42 Juta Pengguna, Ini Imbauan Gubernur
Banten menempati posisi empat tertinggi utang pinjaman online di Indonesia setelah Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Timur.
Penulis: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, SERANG- Warga Banten mencatat utang di pinjaman online (Pinjol) mencapai Rp 4,51 Triliun per Mei 2023. Jumlah tersebut dari April 2023 yang mencatat Rp 4,38 Triliun
Banten menempati posisi empat tertinggi utang pinjaman online di Indonesia setelah Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Timur.
Baca juga: Tak Boleh Gegabah, Begini 6 Tips Pilih Pinjaman Online yang Aman
Data tersebut berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, terdapat tren baru di kalangan masyarakat yang memanfaatkan pinjol.
"Sekarang ada pihak-pihak yang sengaja justru menggunakan pinjol ilegal, tujuan untuk mendapatkan pendanaan dan tidak mau pelunasan," kata Friderica melalui konfrensi pers melalui kanal YouTube. Selasa (4/7/2023).
Pada Mei 2023, tingkat wanprestasi (TWP) 90 di Banten tercatat 4,84 persen. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,26 persen.
Sekadar informasi, TWP 90 adalah tingkat penyelesaian kewajiban yang lalai dilakukan oleh debitur terkait dengan pembayaran yang dilakukan di atas 90 hari dari tanggal jatuh tempo yang disepakati.
OJK juga mencatat jumlah utang pinjol di Indonesia per Mei 2023 ada 17,68 persen penerima aktif dengan nilai Rp 51,46 triliun.
Baca juga: Cerita Pelaku UMKM saat Ajukan Pinjaman Online Anti Ribet
Angka itu juga naik jika dibandingkan April 2023 yakni 17,31 persen penerima aktif dengan nilai tagihan yang harus dibayarkan Rp 50,53 triliun.
Menurut Friderica, masih banyak masyarakat yang terjerat pinjol ilegal kesulitan membayar utangnya.
Friderica mengungkapkan, berdasarkan hasil evaluasi OJK masyarakat meminjam uang ke Fintech ilegal maupun legal salah satu tujuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
"Kebanyakan dari mereka ini untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, misalnya membeli gadget baru, rekreasi fashion bahkan kemarin membeli tiket konser," ungkap Friderica.
Selain itu, lanjut Friderica, beberapa masyarakat mengajukan pinjaman untuk kebutuhan mendesak.
Misalnya untuk berobat, tapi tidak tahu cara mendapatkan uang untuk membayarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.