Hasil Autopsi: Pendarahan di Bagian Otak Penyebab Tewasnya AT Usai Dianiaya Anak Ketua DPRD Ambon
Adanya pendarahan di bagian otak ini sesuai dengan hasil autopsi terhadap jasad korban RSS sebelum dimakamkan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, AMBON - RRS (15), pelajar yang meninggal akibat dianiaya oleh AT (25), anak ketua DPRD Kota Ambon mengalami pendarahan di bagian otak bagian belakang.
Hal inilah yang menjadi penyebab meninggalnya korban.
Adanya pendarahan di bagian otak ini sesuai dengan hasil autopsi terhadap jasad korban RSS sebelum dimakamkan.
Kasat Reskrim Polresta Ambon, Kompol Beni mengungkapkan penyebab kematian RSS karena ada pendarahan otak bagian belakang korban.
Baca juga: Tampang Anak Ketua DPRD Ambon yang Aniaya Remaja hingga Tewas, Keluarga Sampaikan Belasungkawa
Pendarahan tersebut terjadi setelah tersangka memukul korban di bagian kepala.
"Sejauh ini dari hasil autopsi selama dua jam kemarin pada bagian badan dan kepala, ternyata terdapat pendarahan di bagian otak belakang korban," ujar Kompol Beni kepada TribunAmbon.com, Selasa (1/8/2023) siang.
Ia menambahkan, tersangka kini sudah ditahan dan disangkakan pasal 351 ayat 3 dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
"Kasus ini akan dibuka secara terang benderang sesuai perintah Kapolda Maluku, bahwa tidak ada tebang pilih dalam penegakan hukum, dan semua sama di mata hukum," kata dia.
Diketahui, tersangka AT menganiaya RRS dengan cara memukul kepala korban di kawasan Asrama Polisi, Kecamatan Nisaniwe, Kota Ambon, Minggu (30/7/2023) malam.
Korban yang tak sadarkan diri kemudian dibawa oleh warga sekitar ke RST Ambon.
Namun nahas, nyawa korban tak tertolong.
Baca juga: Sosok RRS Remaja Tewas Dianiaya Anak Ketua DPRD Ambon, Korban Dikenal Kalem di Sekolah
AT adalah putra dari Ketua DPRD Kota Ambon, Elly Toisuta.
Jenazah korban sudah dilakukan autopsi sebelum akhirnya dimakamkan.
Hukuman Tersangka Bisa Leih Berat
Sementara itu Polda Maluku menyebut hukuman terhadap AT, anak Ketua DPRD Ambon yang tega menganiaya RRS (18) hingga tewas bisa lebih berat.
"Proses penyidikan masih berjalan dan akan bisa dikembangkan dengan alat bukti atau bukti-bukti yang ada untuk penerapan pasal baru yang ancamannya lebih berat," kata Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol M Rum Ohoirat kepada wartawan, Selasa (1/8/2023).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.