Setahun Berlalu Kasus Pembunuhan Kepala Sekolah di Mamasa dan Istrinya Tak Kunjung Terungkap
Meski puluhan saksi telah diperiksa, namun hingga satu tahun pasca kejadian, kasus ini belum terungkap.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MAMASA - Sudah setahun berlalu, namun kasus pembunuhan pasangan suami istri (pasutri), Pore Padang (60) dan Sabrina (50) tak kunjung terungkap.
Diketahui pasutri ini ditemukan tewas di rumahnya tepat setahun lalu, Minggu (7/8/2022).
Keduanya meninggal diduga menjadi korban perampokan disertai pembunuhan.
Diketahui Porepadang adalah seorang Kepala Sekolah SMA 2 Buntumalangka.
Baca juga: Psikolog Forensik Nilai Janggal Motif Pembunuhan Mahasiswa UI oleh Senior Karena Iri
Selain dua korban meninggal, seorang anak korban dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju karena mengalami luka kritis.
Meski puluhan saksi telah diperiksa, namun hingga satu tahun pasca kejadian, kasus ini belum terungkap.
Menanggapi belum terungkapnya kasus pembunuhan ini, massa yang tergabung dalam koalisi pemerhati keadilan (KPK) menggeruduk Polsek Aralle, Kelurahan Aralle, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Selasa (8/8/2023).
Mereka menuntut kejelasan kasus pembunuhan pasutri ini.
Pantauan Tribun-Sulbar.com, tepat pukul 10.00 Wita massa mulai berjalan dari Jl Poros Mamuju - Mamasa, menuju kantor Polsek Aralle.
Terdengar teriakan massa aksi meminta keadilan untuk korban.
Mereka mendesak pihak kepolisian segera mengungkap kasus berdarah itu.
Karena itu di bawah pimpinan jendral lapangan Atuo, ratusan massa aksi mendatangi Polsek Aralle, Selasa, (8/8/2023).
Baca juga: Diduga Dirampok, Kepala Sekolah dan Istrinya Ditemukan Tewas di Mamasa, Anak Korban Kritis
Koordinator lapangan (Korlap) Vistan, dalam orasinya mengatakan, kedatangan massa di Polsek Aralle untuk memperjelas sejauh mana perkembangan kasus pembunuhan pasutri tersebut di kepolisian.
Ia mengatakan, pihak keluarga korban akan bertindak sendiri jika kepolisian tidak segera mengungkap kasus tersebut.
Senada koordinator mimbar, Dias Yahyadi mengatakan, apabila hari ini pihak kepolisian tidak memberi kejelasan pada pihak keluarga, maka massa aksi akan menduduki Polsek Aralle.
Ia juga menegaskan, apabila pihak Polda Sulbar belum memberikan kejelasan kasus tersebut, besar kemungkinan pihak keluarga akan bertindak sendiri.
"Mungkin kalau tidak ada kejelasan dari kepolisian, pihak keluarga akan bertindak sendiri," ujarnya
Minta Segera Ungkap Kasus Pembunuhan
Sementara itu pihak keluarga korban menuntut keadilan atas meninggalnya Porepadang dan istrinya Sabriani.
"Harapan kami agar penegak hukum segera mengungkap kasus ini," kata Kepala Desa Kalakbe, Kecamatan Aralle, Atuo kepada Tribun-Sulbar.com, Senin (7/8/2023).
Pihaknya meminta keadilan untuk keluarga korban demi keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca juga: Hilang Sejak Desember 2022, Sri Mulyani Dibunuh Oknum Anggota TNI, Jasadnya Diserahkan ke Keluarga
Ia mengatakan belum terungkapnya kasus tersebut sangat menghambat aktivitas masyarakat.
Karena itu, pihaknya meminta kepada penegak hukum untuk segera mengungkap kasus tersebut.
"Semoga cepat ditemukan pelakunya, dan dari pihak penegak hukum mohon keadilan di wilayah kami," katanya.
"Karena betul-betul sangat menghambat aktivitas masyarakat, kalau pelaku pembunuhan belum ditemukan," sambungnya.
Ia mengaku, tragedi berdarah tersebut sangat berpengaruh terhadap psikis masyarakat di daerahnya.
Warga merasa tidak nyaman selama kasus tidak terang benderang.
"Mohon sekali lagi kami sampaikan kepada penegak hukum, mohon keadilan," pinta Atuo.
Awal Mula Pasutri Ditemukan Tewas
Sebelumnya, seorang kepala sekolah (kepsek) bernama Porepadang dan istrinya Sabriani tewas diduga menjadi korban perampokan.
Keduanya ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar rumahnya di Kelurahan Aralle, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Minggu (7/8/2022).
Diketahui Porepadang adalah seorang Kepala Sekolah SMA 2 Buntumalangka.
Sementara itu seorang anak korban dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju karena mengalami luka kritis.
Di tubuh korban tampak darah pada mulut dan hidung, telinga, kemaluan dan bibir berwarna biru.
Kepala Bidang Humas Polda Sulbar Kombes Pol Syamsu Ridwan mengatakan kasus ini telah diusut oleh polres setempat.
Ia menceritakan kronologi kejadian sekitar pukul 07.00 Wita anak korban Manda bangun tidur karena mendengar suara adiknya Marvel mengalami sesak dan suara kesakitan.
Kemudian Manda mendatangi kamar belakang dan mendapati kedua orang tuanya sudah dalam keadaan berlumur darah.
Pada saat itu kedua orangtuanya tidur di kamar belakang dengan adiknya, sedangkan Manda tidur di kamar depan.
"Korban juga kehilangan uang sekitar Rp 10 juta yang disimpan di bawah tempat tidur korban, dompet korban juga hilang, "ujarnya.
Belum Ada Petunjuk ke Arah Pelaku
Sementara itu Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Sulbar, Kombes Pol I Nyoman Arthana menuturkan pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan terkait kasus tewasnya pasutri ini.
"Kami terus mendalami informasi baik itu dari keluarga dan masyarakat sekitar," ungkap Kombes Pol I Nyoman Arthana kepada Tribun-Sulbar.com saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon seluler, Jumat (10/3/2023).
Saat dikonfirmasi, kasus pembunuhan itu sudah berjalan 6 bulan sejak kejadian.
Kepolisian, kata dia, secara rutin setiap pekan berangkat ke Kecamatan Aralle untuk melakukan penyidikan.
"Ini tentunya dilakukan untuk mendalami kasus, apakah nantinya bisa dikembangkan mengarah ke seseorang atau sebagainya," ujar Kombes Pol I Nyoman Arthana.
Sejumlah barang bukti yang dikumpulkan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) seperti Handphone (HP) juga telah diperiksa secara scientific crime.
Scientific Crime Investigation (SCI) merupakan istilah yang sering digunakan kepolisian untuk mengungkapkan sebuah kasus seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit kasus tersebut mulai menunjukkan titik terang.
"Laporan forensik, digital forensik, semua kita lakukan," jelasnya.
Meski begitu, kata dia upaya-upaya yang telah dilakukan belum bisa mendukung petunjuk yang mengarah ke pelaku.
Pihaknya juga tidak bisa menduga-duga adanya kemungkinan lain terkait kasus ini.
"Tidak bisa, harus fakta hukum yang mendukung itu," ucapnya.
Kombes Pol I Nyoman Arthana mengimbau kepada masyarakat, sekiranya mengetahui atau mendapati sejumlah petunjuk yang dapat mendukung pengungkapan kasus agar segera menghubungi pihak kepolisian.
"Bisa langsung ke Polda Sulbar atau Polres Mamasa," ujarnya.
Sumber: Tribun-Sulbar.com Hamsah Sabir
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com dengan judul Ratusan Massa Geruduk Polsek Aralle Mamasa, Buntut Kasus Pembunuhan Pasutri Tak Kunjung Terungkap
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.