Perawat Yang Sebabkan Bayi Tertukar Kini Nasibnya Apes, Kecerobohan Mereka Terungkap
Direktur RS Sentosa Bogor drg. Margaretha Kurnia mengatakan, manajemen memberi sanksi terhadap 15 perawatnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -- Kasus tertukarnya bayi di Rumah Sakit Sentosa Bogor telah selsai bagi para pasiennya.
Siti Mauliah telah mendapatkan bayi yang ia perjuangkan selama satu tahun, demikian juga Dian seperti Siti yang telah menemukan darah dagingnya sendiri.
Namun bagi rumah sakitnya, ini belum menjadi akhir. Rumah Sakit Sentosa mulai berbenah.
Rumah tersebut memberi hukuman terhadap para perawat rumah sakit tersebut sebagai buntut tertukarnya bayi yang dilahirkan di rumah sait itu.
Akibat perilaku ceroboh saat menangani pasien yang melahirkan hingga terjadi bayi tertukar, nasib mereka sekarang apes.
Direktur RS Sentosa Bogor drg. Margaretha Kurnia mengatakan, manajemen memberi sanksi terhadap 15 perawatnya.
Baca juga: Butuh Sebulan, Ini Tahapan Pengembalian Bayi Tertukar di Bogor ke Orang Tua Biologis
"Kami sudah memberi sanksi sesuai aturan rumah sakit, itu dapat berkembang sesuai berkembangnya kasus ini," katanya.
Diketahui ada 15 perawat dan bidan yang diberi sanksi.
Di antaranya 10 perawat diberi SP1, sedangkan 5 lainnya dinonaktifkan.
Dilaporkan Tribun Bogor, gara-gara bayi tertukar, Siti Mauliah dan Dian sampai harus merawat bayi yang bukan anak kandungnya.
Siti dan Dian bahkan harus sampai menjalani tes DNA demi bisa membuktikan bayi tertukar di Bogor.
Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro mengungkap dari hasil penyelidikan polisi, bayi tertukar pada H+1 pasca persalinan.
Diketahui Siti Mauliah dan Dian melahirkan di Rumah Sakit Sentosa Bogor pada 18 Juli 2022.
"Terjadi pada hari+1 pasca melahirkan," kata Rio.
Drg. Margaretha Kurnia mengakui ada kecerobohan yang menyebabkan kesalahan yang dilakukan oleh perawat.
Menurutnya perawat melakukan sebuah proses tahapan penanganan bayi lahir secara tidak hati-hati.
Baca juga: Babak Baru Kasus Bayi Tertukar, Polisi Dalami Dugaan Kelalaian Pihak RS, Bakal Ada Tersangka?
"Terjadi karena karena ada ketidakhati-hatian dalam petugas kami melaksanakan prosedur yang sudah ada," kata Margaretha.
Ia mengaku menyesali perbuatan perawat tersebut.
"Kami sangat menyesali, saya sebagai pimpinan juga sedih hal ini terjadi di rumah sakit pada kedua ibu," katanya.
Margaretha Kurnia mengungkap penyebab utama bayi tertukar di Bogor terjadi saat pasien akan dipulangkan.
"Dalam proses yang ada ketidakhati-hatian itu di dalam proses identifikasi saat bayi pulang," ungkapnya.
Margaretha membongkar borok perawat hingga menyebabkan bayi tertukar di Bogor.
"Ada proses yang harusnya dilakukan, tapi ada ketidakhati-hatian dalam proses identifikasi bayi," katanya.
Margaretha Kurnia menjelaskan sejak adanya laporan dari Siti Mauliah soal bayi tertukar, managemen RS Sentosa langsung melakukan penyelidikan internal.
Berencana Laporkan RS Sentosa
Orang tua bayi tertukar akan melaporkan manajemen RS Sentosa Bogor ke polisi.
Pasalnya dalam kasus bayi tertukar sejak Juli 2022 ini ada dugaan tindak pidana.
"Karena jelas di sini (kasus tertukar bayi) kami melihat adanya unsur pidana,” kata Rusdy Ridho, kuasa hukum salah seorang orang tua bayi tertukar, Sabtu (26/8).
Rusdy menuturkan meski pihak RS Sentosa sudah menyampaikan permohonan maaf, tapi tidak menghilangkan kesalahan yang diperbuat.
Dari sisi kemanusiaan, kliennya sudah memaafkan.
“Tapi sebab tertukar bayi ini, kan, harus terungkap karena sudah setahun berlalu,” ujar dia.
Rusdy mengatakan setelah keluar hasil tes DNA, kedua orang tua bayi tertukar itu sudah islah dan menerima hasil serta akan mengikuti proses tahapan pengembalian masing-masing bayi.
Namun, dari segi hukum Rusdy mengatakan ada kemungkinan akan membuat laporan bersama.
Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Rio Wahyu Anggoro menyebut pihaknya pasti akan tetap menyelidiki dan mendalami penyebab tertukarnya bayi yang menghebohkan warga Kabupaten Bogor.
Rio berharap, upaya yang dilakukan dalam penegakan hukum ini menjadi contoh bagi pihak manapun, agar tidak kembali terulang.
“Ini, kan, kasus pertama di Indonesia, kasus bayi tertukar. Alhamdulillah berhasil kami ungkap dan kami selesaikan."
Rio menuturkan pihaknya menunggu laporan resmi dari kedua orang tua bayi tertukar untuk pengungkapan dugaan pidana.
“Penegakan hukum ini harus menjadi pembelajaran, khususnya bagi semua rumah sakit agar tidak kembali terulang atau ada lagi kasus seperti ini,” kata Rio.
Di sisi lain Dirut RS Sentosa Bogor, Margareta Kurnia akhirnya menyampaikan permohonan maaf dan mengakui adanya kelalaian yang dilakukan oleh pihaknya dalam kasus tertukarnya bayi miliki Siti Mauliah dan Dian.
"Tentunya hal ini terjadi karena adanya ketidakhati-hatian petugas kami dalam melaksanakan prosedur yang ada, dan kami sangat menyesalkan," kata, Sabtu (26/8).
Dia juga mengaku sedih atas kejadian tersebut.
"Saya sebagai pimpinan juga sangat sedih hal ini bisa terjadi di RS pada kedua ibu. Atas nama pribadi, atas nama RS, saya mohon maaf pada ibu S dan ibu D beserta keluarga," kata dia.
Margareta mengatakan bahwa di balik peristiwa ini pasti ada hikmahnya.
"Peristiwa ini tentunya tidak mungkin terjadi tanpa kehendaknya dan membawa hikmah dan kebaikan bagi kita bersama," ujarnya.
Adapun terkait rencana pihak orang tua bayi tertukar melaporkan kasus ini ke polisi, pihak RS Sentosa Bogor mengaku menghormati setiap hak hukum masyarakat.
"Ya, rumah sakit pada prinsipnya menghormati dan menghargai setiap hak hukum orang. Kedua, dengan tadi malam sudah bertemu dan kemudian sudah jelas tertukar sama siapa, itu semua harus diapresiasi langkah kepolisian mengundang semua stakeholder, dari KPAI, PMK, Dinsos," kata staf legal RS Sentosa Bogor, Gregg Djako.
Menurutnya, masalah bayi tertukar tersebut telah dilalui. Kini permasalahan tinggal bagaimana pihak keluarga dengan RS.
"Kami tetap pada prinsipnya sebagaimana di awal dulu, kita tidak lupa. Proses ini kan sudah berlangsung sejak Mei. Jadi kita tetap ingin semua penyelesaian itu adalah damai dan kekeluargaan," ujarnya.
Gregg berharap kasus bisa berakhir damai dan diselesaikan secara kekeluargaan.
"Seperti yang kita saksikan semalam antara keluarga berdamai, kami juga berharap bahwa perdamaian juga. Lalu kemudian proses penyelesaian terbaik secara kekeluargaan, bisa juga dilakukan dalam rumah sakit. Kami juga berharap begitu," sambungnya.
Gregg mengatakan pihak RS akan terus melakukan pendekatan kepada kedua keluarga tersebut. Dia juga mengatakan rumah sakit telah menerima konsekuensi atas kejadian tersebut.
"Rumah sakit sudah mendapat sanksi sendiri, yaitu sanksi sosial, kedua, menjadi sorotan negatif. Artinya itu juga sebenarnya kami harap menjadi pertimbangan. Rumah sakit kan sudah sampaikan dari awal tidak pernah menutup diri, supaya kita bisa membicarakan ini," sebut dia. (Tribun Bogor//Anas Furqon Majid/Tribunnews.com)