Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara
Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar DIY
Penulis: Imam Saputro
Editor: Daryono
Kurang lebih enam bulan pendampingan intensif dilakukan, sebelum akhirnya karyawan baru tersebut bisa bekerja secara mandiri.
Setelah proses adaptasi dan pembelajaran yang tak henti, karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys kini bisa jadi andalan.
ABC Wooden Toys sudah bisa memproduksi ratusan APE dengan pemasaran penjuru Indonesia dan mancanegara dengan 10 karyawan tetap, 4 di antaranya adalah penyandang difabel.
Adapun empat karyawan difabel masuk ke dalam bidang produksi.
"Yang difabel namanya Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.
Keberanian rekrut penyandang difabel
ABC Wooden Toys resmi berdiri sejak 14 Mei 2003.
Sejak saat itu pula Rita dan suami berkomitmen untuk merangkul penyandang difabel untuk bersama-sama berkarya di ABC Wooden Toys.
Latar belakang sang suami yang merupakan pengajar Kriya di SLB di Kota Yogyakarta menjadi salah satu faktor pendorong.
Dari pengamatan sang suami, banyak lulusan SLB yang mempunyai keahlian tapi masih dipandang sebelah mata di dunia kerja, bahkan tidak mendapat tempat untuk unjuk kebolehannya.
"Kami sengaja memberikan kesempatan kepada teman-teman berkebutuhan khusus untuk bisa berkarya di ABC Wooden Toys, kebetulan suami pengajar kriya, maka kami fokus ke pembuatan mainan edukatif dari kayu," kata istri dari Eka Kurniawan ini.
“Komitmen kami ingin ada karyawan dari teman-teman difabel, jadi sekalian membuat lapangan kerja untuk teman difabel,” lanjutnya.
Adapun alasan memilih produksi mainan edukatif juga tak jauh dari pekerjaan sang suami sebagai pengajar kriya.
Tahun 2003an, Rita dan keluarga harus menunggui sang anak yang sakit dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.