Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara

Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar DIY

Penulis: Imam Saputro
Editor: Daryono
zoom-in Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara
Tribunnews/Imam
Rita Indriana saat ditemui Tribunnews.com di tokonya yang beralamatkan di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta pertengahan September 2023. 

Ketika itu, rumah sakit meminjamkan mainan edukatif berbahan kayu kepada anak-anaknya sebagai alternatif mainan agar tidak rewel dan bosan saat dirawat di rumah sakit.

Mainan edukatif yang berasal dari luar negeri itu yang kemudian menginspirasi Rita dan suami membuat mainan serupa.

“Kebetulan suami juga mengajar kriya, jadi pas, mainan edukatif dari kayu seperti itu pada tahun 2000an masih kurang dikenal, jadi kami bikin sekaligus ingin membuka lapangan kerja bagi lulusan murid-murid suami saya,” terang wanita yang pada tahun 2023 berusia 53 tahun ini.

Peluang itu yang diejawantahkan menjadi ABC Wooden Toys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif  untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masih jarang di pasaran.

“Kami ingin di Jogja ada lo yang bisa bikin mainan edukatif, dan sekarang juga berkembang tak hanya ke anak-anak di pendidikan formal atau nonformal, tapi juga ke terapi kesehatan di beberapa rumah sakit,” terangnya.

“Dan kami hadir dengan misi khusus yakni merangkul teman-teman difabel untuk berkarya di ABC Wooden Toys,” tambah Rita.

Terbaru ABC Wooden Toys memproduksi alat bantu untuk terapi penyembuhan pasien stroke di beberapa rumah sakit di Jogja.

Berita Rekomendasi

Kini APE buatan ABC Wooden sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.

Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.

Ubah stigma negatif penyandang difabel

Rita dan suami juga ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.

"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman difabel bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.

Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala.

“Pernah peak season dan ada pameran, kami produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif juga bisa tercapai,” jelas Rita.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas