Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara
Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar DIY
Penulis: Imam Saputro
Editor: Daryono
Ketika itu, rumah sakit meminjamkan mainan edukatif berbahan kayu kepada anak-anaknya sebagai alternatif mainan agar tidak rewel dan bosan saat dirawat di rumah sakit.
Mainan edukatif yang berasal dari luar negeri itu yang kemudian menginspirasi Rita dan suami membuat mainan serupa.
“Kebetulan suami juga mengajar kriya, jadi pas, mainan edukatif dari kayu seperti itu pada tahun 2000an masih kurang dikenal, jadi kami bikin sekaligus ingin membuka lapangan kerja bagi lulusan murid-murid suami saya,” terang wanita yang pada tahun 2023 berusia 53 tahun ini.
Peluang itu yang diejawantahkan menjadi ABC Wooden Toys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masih jarang di pasaran.
“Kami ingin di Jogja ada lo yang bisa bikin mainan edukatif, dan sekarang juga berkembang tak hanya ke anak-anak di pendidikan formal atau nonformal, tapi juga ke terapi kesehatan di beberapa rumah sakit,” terangnya.
“Dan kami hadir dengan misi khusus yakni merangkul teman-teman difabel untuk berkarya di ABC Wooden Toys,” tambah Rita.
Terbaru ABC Wooden Toys memproduksi alat bantu untuk terapi penyembuhan pasien stroke di beberapa rumah sakit di Jogja.
Kini APE buatan ABC Wooden sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.
Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.
Ubah stigma negatif penyandang difabel
Rita dan suami juga ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.
"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman difabel bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.
Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala.
“Pernah peak season dan ada pameran, kami produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif juga bisa tercapai,” jelas Rita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.