Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terpeleset Tenggelam saat Cari Kepiting, Jasad 2 Bocah SD di Samarinda Ditemukan Berpegangan Tangan

Jasad 2 bocah SD di Samarinda ditemukan dalam posisi saling berpegangan tangan, sebelumnya mereka asyik mencari kepiting.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Terpeleset Tenggelam saat Cari Kepiting, Jasad 2 Bocah SD di Samarinda Ditemukan Berpegangan Tangan
TribunKaltim/Rita Lavenia
Babinsa Kelurahan Lok Bahu Sertu Sulistiyo saat menunjukan lokasi ditemukan jasad dua bocah yang tenggelam di Sungai Karang Asam Besar, Jalan Revolusi Samarinda, Jumat (17/11/2023).  Jasad 2 bocah SD di Samarinda ditemukan dalam posisi saling Bberpegangan tangan, sebelumnya mereka asyik mencari kepiting. 

"Pihak keluarga sudah mengikhlaskan dan menolak untuk autopsi. Jadi jasad korban langsung diserahkan kepada keluarga masing-masing," tandasnya. 

Imbauan Unit Siaga SAR Samarinda Soal Banyaknya Kasus Warga Tenggelam

Sepanjang 2023 ini, tercatat telah terjadi lebih dari 15 kondisi membahayakan manusia (KMM) yang ditangani oleh Unit Siaga SAR Samarinda.

Basarnas menyebut, untuk 2023 ini hampir seluruh peristiwa dengan korban jiwa itu terjadi di wilayah Kabupaten Kitai Kartanegara (Kukar).

"Dari 15 kejadian itu tercatat ada 17 korban meninggal dunia dengan berbagai faktor," sebut Koordinator Unit Siaga SAR Samarinda Riqi Efendi saat dijumpai Tribunkaltim.co di kantor unit mereka, Jalan Juanda 3, Kecamatan Samarinda Ulu, Minggu (16/7/2023).

Adapun penyebabnya antara lain;

Pertama karena faktor kerja. Seperti contoh kecelakaan kerja yang baru-baru saja terjadi di kawasan dermaga PT Segara, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda pada Senin (10/7) lalu.

Dimana kala itu pemilik klotok melakukan perbaikan kapal tanpa menggunakan alat pelampung yang memadai.

Berita Rekomendasi

"Kami sudah cek, ternyata di klotok mereka ada pelampung. Cuma saja posisinya memang tidak strategis," bebernya.

Lalu kedua ada faktor aktivitas di perairan. Seperti contoh anak-anak berenang di sungai ataupun banjir.

Ia menjelaskan, kebanyakan dalam faktor ini tak ada pengawasan dan apalagi pelampung. 

"Akibatnya para korban terseret arus dan hilang. Beberapa ditemukan, beberapa juga tidak," bebernya lagi.

Lalu ketiga ada faktor ekonomi. Ia menyebutkan beberapa contoh yakni korban terjatuh saat tengah mengambil batu bara dari tongkang yang dipindahkan ke kapal klotok.

"Dari tiga faktor itu rata-rata korban tidak melengkapi diri dengan alat keselamatan diri yang memadai. Artinya kesadaran untuk menyediakan alat keselamatan diri masih kurang," ucapnya.

Ia juga menambahkan masih banyak kasus KMM yang tidak terdeteksi lantaran tak adanya laporan kepada pihak Basarnas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas