Kisah Bocah Penderita Gizi Buruk di Pangandaran, Kabur Usai Disiksa Orangtua Lalu Ditemukan Warga
Bocah berinisial A ditemukan warga dalam kondisi memprihatinkan di sebuah warung di Sukarame, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar seminggu lalu
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna
TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Bocah berusia 11 tahun di Pangandaran menjadi korban penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan orangtua kandungnya.
Tidak tahan mendapat kekerasan fisik dari orangtuanya dan tidak kuat menahan sakit, bocah berinisial A ini kabur dari rumah orangtuanya.
A ditemukan warga dalam kondisi memprihatinkan di sebuah warung di Sukarame, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar, seminggu lalu.
Warga yang merasa kasihan, sempat membawa bocah malang tersebut ke RSUD Kota Banjar untuk diberi perawatan medis.
Informasi yang diterima, A yang menjadi korban kekerasan orang tua kandungnya didiagnosa dokter ternyata mengalami gizi buruk.
Ia harus menjalani perawatan medis di RSUD Kota Banjar.
Baca juga: 3 Warga Banjar Tewas usai Pesta Miras, Kandungan Miras Diselidiki, Sampel Dibawa ke Labfor
A terlihat kurus dan lemas serta ada sejumlah luka memar di sekujur tubuhnya yang diduga akibat sering disiksa oleh orang tuanya.
Kemudian, terlihat luka yang paling parah yaitu di bagian punggung, kepala dan kaki korban.
Salah satu keluarga yang merupakan bibi korban, Titin Khotimah mengatakan, keponakannya memang kerap disiksa dengan cara dipukul dan ditendang.
Bahkan, sempat disiram dengan air panas oleh ayah dan ibu kandung korban.
Korban juga pernah dipukul dengan benda tumpul seperti kayu.
"Kondisinya, sangat menghkawatirkan karena terlihat banyak luka di sekujur tubuhnya.
Dia (A) sempat mengaku di telapak kaki dan tangannya disiram dengan menggunakan air panas oleh ayah kandungnya," ujar Titin kepada sejumlah wartawan di Kota Banjar, belum lama ini.
Menurutnya, bocah 11 tahun ini memiliki saudara kembar.
A sempat tinggal bersama kakek dan neneknya, tapi setelah kembali tinggal bersama orang tuanya, A kerap disiksa orang tuanya sendiri karena dianggap nakal atau susah diatur.
"Awalnya, A tinggal dengan neneknya. Sedangkan saudara kembarannya tinggal dengan orangtuanya," katanya.
Namun, setelah neneknya meninggal dunia kemudian A kembali tinggal bersama saudara kembarannya di rumah orang tuanya.
"Mungkin, karena A dianggap nakal, kedua orangtua korban tak bisa menahan emosi dan menyiksa korban," ucap Titin. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Nasib Pilu Bocah di Banjar, Kerap Disiksa Orang Tua Kandung, Badan Kurus Pernah Disiram Air Panas