Penyebab Buaya di Kalteng Terkam Bocah 10 Tahun, Perubahan Perilaku hingga Kerusakan Lingkungan
Penyebab buaya di Kalimantan Tengah terkam bocah 10 tahun hingga meninggal dunia disebut karena adanya perubahan perilaku hingga kerusakan lingkungan.
Penulis: Linda Nur Dewi R
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM – Terungkap, inilah penyebab buaya jenis Senyulong terkam bocah berinisial H (10) di Sungai Arut Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada Sabtu (25/11/2023) lalu.
Diinformasikan sebelumnya, bocah asal Mendawai di Sungai Arut Kabupaten Kotawaringin Barat itu diterkam buaya saat mandi di sungai tersebut.
Sebelum meninggal, bocah tersebut sempat berterik minta tolong lalu tenggelam.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat mengungkapkan, dulunya warga bantaran Sungai Arut Kobar dan buaya bisa hidup berdampingan, nyaris tidak pernah terjadi serangan ke manusia.
Namun, hewan predator tersebut kini mengalam perubahan perilaku.
Kepala Seksi Koservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun, Dendi Setiadi mengungkapkan perubahan perilaku buaya dapat disebabkan karena pakan di habitat hewan tersebut berkurang karena ekosistem di Sungai Arut rusak.
Baca juga: Viral Buaya Terkam Bocah 10 Tahun hingga Tewas, Pemerhati Satwa: Merasa Terusik atau Terancam
"Pertumbuhan manusia di sekitar Sungai Arut hingga membuat kerusakan lingkungan, menjadi permasalahan yang harus ditangani pihak terkait untuk menangkal bencana serangan satwa liar," ujarnya, Minggu (28/11/2023), dikutip dari TribunKalteng.com.
Dendi menambahkan adanya aktivitas manusia dan buaya yang berdampingan juga menjadi pemicu buaya menjadi lebih agresif.
Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap menyadari bahwa buaya merupakan satwa liar yang perlu diwaspadai.
Sebab, masyarakat sekitar Sungai Arut percaya bahwa buaya tersebut adalah leluhur mereka yang sudah sejak lama hidup berdampingan dengan masyarakat dan tidak pernah mengganggu.
"Kami berharap masyarakat sekitar Sungai Arut memahami kearifan lokalnya yang mengetahui buaya merupakan satwa liar yang hidup di Sungai Arut sejak dulu,"
"Dari sudut pandang konservasi buaya juga bagian dari ekosistem Sungai Arut, alih fungsi kawasan yang tadinya habitat buaya menjadi pemukiman membuat irisan aktivitas manusia dengan buaya," ujar Dendi.
Walhi Kalteng Sebut Ada Faktor Kerusakan Lingkungan
Direktur Wahana Lingkungan (Walhi) Kalteng, Bayu Herinata menilai terjadinya serangan buaya terhadap H tersebut tak lepas akibat kerusakan lingkungan yang menjadi habitat buaya.