Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

Jalan Panjang Pemanfaatan Air Gua Suruh: Putus Kekeringan dan Angkat Kesejahteraan Warga Desa Pucung

“Sekarang tinggal putar keran, air sudah mengalir di rumah, tak perlu memilkul blek (kaleng bekas minyak) berkilo-kilo meter untuk ambil air”

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Jalan Panjang Pemanfaatan Air Gua Suruh: Putus Kekeringan dan Angkat Kesejahteraan Warga Desa Pucung
KMPA Giri Bahama/Joko Sulistyo
Warga gotong royong mengangkut material ke area mulut Gua Suruh dalam upaya pengangkatan air di Gua Suruh pada 2012. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Imam Saputro

TRIBUNNEWS.COM, WONOGIRI -  “ Sekarang tinggal putar keran, air sudah mengalir di rumah, tak perlu memilkul blek (kaleng bekas minyak) berkilo-kilo meter untuk ambil air,” kata Suyadi, warga Dusun Kangkung, Desa Pucung, Wonogiri.

Air jadi barang mahal di Desa Pucung yang terletak di kawasan Karst Gunung Sewu yang membentang di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, hingga Kabupaten Pacitan Jawa Timur.

Desa Pucung minim air bahkan di musim penghujan.

Warga harus memanen air hujan karena sumur sumber air yang tersedia di desa debit airnya tak mencukupi untuk kebutuhan ribuan warga Desa Pucung.

Suyadi dan warga desa pernah merasakan harus ngangsu (mengambil air) sepanjang 8 bulan tanpa henti karena musim kering yang terjadi begitu lama.

Ia mengatakan, ada penelitian rata-rata penggunaan air di Desa Pucung hanya belasan liter per orang per hari.

Berita Rekomendasi

Angka itu jauh dari standar rata-rata penggunaan air di desa yakni seratus liter per orang per harinya.

Di musim penghujan, warga desa memanen air hujan dengan cara menampung di Penampungan Air Hujan (PAH) bantuan dari pemerintah. 

PAH digunakan oleh beberapa KK, namun lagi-lagi jumlah air yang tersedia tak mencukupi. 

“ Kalau musim hujan lumayan, tapi di daerah sini rata-rata musim kering lebih panjang daripada musim hujan, pernah kemarau itu sampai 8 bulan dalam setahun,” kata Suyadi.

Ketersediaan air, lanjut Suyadi, masih jadi hal mewah di Desa Pucung meskipun di musim hujan .

Keadaan mulai membaik di tahun 2003 dengan adanya sumur yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

“Akan tetapi air yang keluar masih terbatas, masih harus dijatah per KK hanya boleh 2-3 jeriken saja per hari,” terangnya.

Dokumentasi pengangkatan air dari perut Gua Suruh di Desa Pucung pada tahun 2013, air disedot dari kedalaman 44 meter di bawah permukaan tanah
Dokumentasi pengangkatan air dari perut Gua Suruh di Desa Pucung pada tahun 2013, air disedot dari kedalaman 44 meter di bawah permukaan tanah (KMPA Giri Bahama)
Halaman
1234

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas