Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

Jalan Panjang Pemanfaatan Air Gua Suruh: Putus Kekeringan dan Angkat Kesejahteraan Warga Desa Pucung

“Sekarang tinggal putar keran, air sudah mengalir di rumah, tak perlu memilkul blek (kaleng bekas minyak) berkilo-kilo meter untuk ambil air”

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Jalan Panjang Pemanfaatan Air Gua Suruh: Putus Kekeringan dan Angkat Kesejahteraan Warga Desa Pucung
KMPA Giri Bahama/Joko Sulistyo
Warga gotong royong mengangkut material ke area mulut Gua Suruh dalam upaya pengangkatan air di Gua Suruh pada 2012. 

Secercah harapan muncul ketika ditemukan sumber air di perut Gua Suruh di sekitar Desa Pucung pada tahun 2000.

Aliran air ditemukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) Giri Bahama Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk mengeksplorasi gua-gua atau luweng di sekitar desa untuk mencari sumber air.

Salah satu pendiri KMPA Giri Bahama, Arif Jauhari ketika diwawancarai Tribunnews akhir Oktobe 2023 menceritakan awal mula penemuan air di kedalaman Gua Suruh.

Arif mengatakan di tahun 2000 ia dkk berada di satu ekspedisi mencari air di beberapa gua di sekitar Desa Pucung, Wonogiri.

“ Total ada 13 gua yang ada disekitar Desa Pucung, tersebar di 6 dusun, itu kami masuki satu-satu,” kata Arif,

Arif mengisahkan ada satu kejadian yang membuat dia dkk makin termotivasi mengeksplorasi gua mencari air.

Pada suatu pagi di tahun 2000 ia dan kawan-kawan tengah bersiap memasuki Gua Suruh dalam suatu ekspedisi yang sudah berlangsung seminggu.

Berita Rekomendasi

“ Itu pagi-pagi, saya ingat betul, sambil ngopi kami masih siap-siap di rumah kepala desa, tiba-tiba anak kepala desa yang masih SD itu mandi dan hanya bawa ember cor semen ukuran 5 literan itu,” cerita Arif.

Arif dkk heran dengan “kehebatan” anak kepala desa yang bisa mandi hanya dengan seember air ukuran 5 literan saja.

“Jadi mandinya ya hanya cuci muka, sikat gigi, lalu sisa air diusap-usapkan ke seluruh tubuh, pakai sabun lalu bilas seadanya, sudah itu saja."

“Kami jujur ternganga melihat sebegitu susahnya mandi karena nggak ada air ” ujarnya.

“Ini terjadi di keluarga kepala desa, yang bisa dibilang mampu beli air, lalu bagaimana dengan keluarga lain yang tidak seberuntung Pak Kades dalam hal ekonomi?” tanya Arif.

Mandi saja susah, jelas Arif, kemudian untuk urusan buang air besar masyarakat lebih memilih ke kebun atau hutan dan memilih peper demi menghemat air.

Kenyataan pahit itu yang kemudian mendorong Arif dkk untuk menjelajah Gua Suruh lebih dalam lagi pada waktu itu.

Halaman
1234

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas