Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bocah SD di Sleman Menangis Karena Tidak Dapat Medali Padahal Juara 2, Dispora Ungkap Penyebabnya

ibunda anak tersebut mengklaim jika anaknya harusnya juara dua dalam perlombaan tersebut.

Penulis: Erik S
zoom-in Bocah SD di Sleman Menangis Karena Tidak Dapat Medali Padahal Juara 2, Dispora Ungkap Penyebabnya
TikTok @duria.md
Egi menangis karena tidak dapat medali juara 2 lomba renang 

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN- Egi alias Ghiyats (9), bocah SD di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)  viral di media sosial karena finish nomor dua tapi tidak juara di kejuaraan renang.

Kisah sedih tersebut diviralkan ibundanya di media sosial.

Egi mengikuti lomba renang dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten (Popkab) Sleman.

Baca juga: Viral Siswa Lomba Renang Sampai Finis Urutan Kedua, tapi Tak Dipanggil ke Podium, Panitia Disorot

Kejadian itu diceritakan oleh sang ibunda yang curhat melalui akun tiktoknya @duria.md pada Selasa (28/11/2023).

Dalam narasinya, ibunda anak tersebut mengklaim jika anaknya harusnya juara dua dalam perlombaan tersebut.

Dalam unggahannya tertulis jika putranya seharusnya juara.

"Ketika sang juara terdzolimi oleh hasil keputusan panitia lomba," tulisnya dalam video.

Berita Rekomendasi

Dalam video tersebut, si anak menangis memeluk ibunya.

"Sabar ya kak, bisa tahun depan nggak apa apa ikhlasin ya oke. Belum rezeki diikhlasin ya nggak usah nangis,” ujarnya dengan lembut.

Menurut ibu tersebut, si anak berhasil menjadi peserta tercepat kedua di nomor 100 M gaya bebas.


"Anak kami Egi (Ghiyats) baru saja mengikuti lomba renang Popkab Sleman DIY. Pada saat perlombaan, Egi, alhamdulilah berhasil menjadi tercepat kedua di nomer 100M gaya bebas," kata sang ibu.

Namun, nama Egi tiba-tiba dinyatakan tidak mendapat medali apapun dari hasil jerih payahnya.

Padahal, kata si ibu, banyak orang yang menyaksikan dan mendokumentasikan perlombaan tersebut dan hasilnya Egi berada di nomor kedua.

Baca juga: Bocah asal Jember Tewas Tenggelam di Kolam Renang, Ditinggal Ibu Mengobrol dengan Pria Lain

Keluarga Egi pun sempat mengajukan protes dengan mengajukan video hasil rekaman.

Akan tetapi, panitia tidak mau menerima masukan dan tetap pada keputusannya.


"Namun tiba-tiba pas pengumuman hasil lomba, Egi tidak mendapatkan medali apa-apa. Kami sempat mengajukan protes dengan mengajukan video hasil rekaman kami," jelasnya.

Dengan begitu, berdasarkan keputusan panitia yang menjadi pemenang adalah peserta dengan nomor 1, nomor 4, dan nomor 3.

Perasaan hancur pun menyelimuti Egi yang pulang tanpa hasil.

Dikatakan pula jika sang anak sebelumnya sudah berjuang latihan selama satu bulan.

Baca juga: Kembangkan Kreativitas, 1.000 Anak Ikut Lomba Gambar dan Mewarnai di Pasar Pagi Mangga Dua

Meski tak menduduki juara kedua, Egi hanya mendapatkan medali perunggu di Kelas 50 m gaya bebas dan uang Rp250.000.

"Kami pulang dengan hati yang sangat hancur. Terlebih anak kami yang sudah berjuang berlatih selama 1 bulan. Yah, walaupun kami masih bisa bersyukur, masih mendapatkan medali perunggu di Kelas 50 m gaya bebas," ungkapnya.

Kedepannya, ibunda Egi berharap agar Pengda Aquatik Sleman melakukan intropeksi dan mendengar keluhan.

"Semoga kami bisa bangkit lagi. Semoga Pengda aquatik Sleman bisa melakukan instropeksi dengan membuka mata hati, mendengarkan dan juga menerima kritikan ketika ada keluhan," jelasnya.

"Jangan menutup diri dengan hal-hal yang bersifat masukan. Terutama untuk pengembangan atlet olahraga aquatik," pungkasnya.

Daftar jalur mandiri

Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Sleman menggelar mediasi dengan mengundang sejumlah pihak terkait kasus tersebut, Kamis (30/11/2023) siang.

Kadispora Sleman, Agung Armawanta, mengatakan selain dirinya pada mediasi itu hadir juga pelaksana teknis, kapanewon hingga orang tua dari Egi atlet renang.

Baca juga: Menang Lomba Masak, Mahasiswa Asa Indonesia University dapat Hadiah Saham

Agung mengatakan Popkab Sleman 2023 sejatinya ajang menjaring bakat-bakat terbaik di Bumi Sembada.

"Kita butuh ruang dan melakukan evaluasi dan pemerintah juga membutuhkan pengukuran hasil latihannya, standar prestasinya, karena itu Popkab ini khususnya renang diadakan dengan peserta sekitar 80-an (peserta dari) SD dan SMP," ulasnya.

Hanya saja, karena tingginya animo peserta dan terbatasnya keuangan kapanewon atau kecamatan sebagai kontingen, maka beberapa peserta mendaftar di Popkab lewat jalur mandiri.

"Kemudian, ada beberapa hal, kontingen ini milik kecamatan (Kapanewon). Kecamatan ada dananya untuk membiayai tapi tidak di empat cabor, sehingga ada yang tiga, dan dua cabor," katanya.

Karena pendatar yang banyak, panitia kemudian melakukan diskresi. Peserta boleh mendaftar mandiri.

Peserta tersebut dijadikan kontingen kapanewon dengan surat tugas.

"Misal kalau ada jersey kurang ya mereka (atlet biayai) mandiri. Ini (kita lakukan) untuk akomodasi masyarakat yang banyak ikut," terangnya.

Menurut dia, Egi mendaftar secara mandiri.

"Nah, adik kita ini, termasuk yang mandiri sehingga tim kecamatan karena ini mandiri, official memerlukan biaya tersendiri yang tak ada anggarannya dan sehingga dianggap mandiri keseluruhan," ulasnya.

"Dalam tata tertib dalam TM (technical meeting), semua yang melakukan pendampingan atau ada keberatan yang berhak melakukan (protes adalah) official atau ketua kontingen. Karena ini mandiri jadi kesepahamannya belum. Di sini ada miss, namanya ada perbaikan di situ kita evaluasi," tegasnya.

Menurut Agung, panitia akhirnya mengakomodir protes orangtua berdasarkan rekaman video.

"Protes lewat rekaman kamera akhirnya kita akomodir sebagai referensi. Hasil terakhir dari pengulangan ini, maka punya kebijakan dan didukung catatan waktu, sehingga kita lahirkan juara duanya kembar. Itu keputusan terakhir," ungkap Agung.

Baca juga: ISEKAI Run, Lomba Lari Paling Hype di Ancol

Agung menilai, adanya human error dalam perlombaan sesuatu yang wajar karena dari 20 nomor yang diperlombakan, hanya ada satu nomor yang ada human error. Hal itu, kata dia akan jadi bahan evaluasi pihaknya ke depannya.

"Nah jadi memang, kalau dilihat dari 20 nomor yang dilombakan. Yang punya potensi salah kan hanya satu nomor ini. Artinya kesalahan 5 persen itu ya wajar, human error," tambahnya.

"Ke depannya kita akan jadikan ini evaluasi. Kalau penambahan kamera itu harus patuhi aturan dari PB PRSI. Kalau saya senang teknologi digunakan untuk ke depan," tandasnya.

Orangtua ucapkan terimakasih

Orangtua Egi, Yanuar Gajaksahda mengucap terima kasih karena anaknya kemudian ditetapkan sebagai juara kedua.

"Terima kasih pada semua pihak, dari Dispora dan Pengkab Akuatik (PRSI) Sleman, Kapanewon Ngemplak. Alhamdulillah semua permasalahan kemarin sudah terakomodir. Membuat video kami jadi referensi dan jadi acuan yang akhirnya mendapat juara (2) kembar ini," ujarnya seusai menghadiri mediasi.

Penulis: Bunga Kartikasari

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul VIRAL Bocah Sleman Menangis Tak Dapat Medali Juara Lomba Renang, Padahal Finish Nomor 2

dan

Hasil Mediasi, Egi Atlet Renang Popkab Sleman Dinobatkan Juara 2, Ini Penjelasan Dispora

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas