Mendulang Rupiah dari Sampah: Bantu Perekonomian Warga, Lingkungan pun Bersih Terjaga
Sejumlah desa di Kecamatan Polanharjo, Klaten mendirikan bank sampah untuk mengatasi masalah sampah. Hasilnya, warga sejahtera, lingkungan juga bersih
Penulis: Sri Juliati
Editor: Nuryanti
Herni menjelaskan, sampah tersebut berasal dari sejumlah warga Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo yang menjadi nasabah Bank Sampah Berkah Utomo.
Setiap Jumat dan Sabtu sore, mereka mendatangi rumah Bank Sampah Berkah Utomo dengan membawa sampah anorganik untuk disetorkan atau ditabung.
"Biasanya, ada masyarakat yang sudah memilah sampah-sampah tersebut dari rumah, jadi nanti tinggal setor, lalu ditimbang dapat berapa kilogram. Tapi ada juga yang belum (memilah), jadi ya tugas kami, para pengurus untuk mengelompokkan sampah," kata Herni.
Meski hanya sekadar sampah, tapi sejumlah barang ini bisa dijual dan dijadikan rupiah.
Hasil penjualan sampah lantas dikembalikan kepada nasabah Bank Sampah Berkah Utomo dalam bentuk uang tunai.
Herni mengatakan, pembayaran sampah yang telah disetorkan, memang tidak langsung saat itu juga.
Ada waktu tersendiri. Misalnya jelang Hari Raya Lebaran, Idul Adha, dan momen lainnya.
"Skemanya ya seperti orang menabung pada umumnya. Setor dulu, nanti dikumpulkan dapat berapa, terus nanti tinggal diambil. Beruntung kalau cairnya sebelum Lebaran, bisa buat tambahan untuk membeli kue-kue atau keperluan lain. Siapa sangka, kalau kue-kue di atas meja saat Lebaran ternyata hasil dari penjualan sampah," jelas Herni.
Baca juga: Danone-AQUA Dukung Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Sirkular di Wilayah TN Gunung Gede Pangrango
Program Pengelolaan Sampah
Ya, beginilah aktivitas di Bank Sampah Berkah Utomo selama dua tahun belakangan, tepatnya sejak 15 Desember 2021.
Herni berkisah, pendirian bank sampah berawal dari permasalahan pengelolaan sampah di Desa Kranggan yang saat itu belum menemui titik terang.
Sebenarnya, saat itu, Desa Kranggan memiliki tempat pembuangan sampah (TPS) tersendiri yang berada di RT 14.
Hanya saja, keberadaan TPS mengeluarkan bau yang tidak sedap. Apalagi lokasinya berdekatan dengan permukiman warga.
Alhasil, TPS ditutup. Sampah-sampah rumah tangga pun terus menumpuk.