Mendulang Rupiah dari Sampah: Bantu Perekonomian Warga, Lingkungan pun Bersih Terjaga
Sejumlah desa di Kecamatan Polanharjo, Klaten mendirikan bank sampah untuk mengatasi masalah sampah. Hasilnya, warga sejahtera, lingkungan juga bersih
Penulis: Sri Juliati
Editor: Nuryanti
"Setiap nasabah yang setor sampah akan langsung dicatat dan diunggah oleh LSM SHIND ke aplikasi."
"Nasabah bisa langsung memantau berapa transaksinya saat itu, termasuk jumlah tabungannya saat itu," tutur pensiunan guru tersebut.
Meski demikian, pencatatan secara manual tetap dilakukan untuk memfasilitasi sejumlah warga yang masih gagap teknologi.
Herni lantas menuturkan, di awal pendirian, Bank Sampah Berkah Utomo memiliki nasabah berjumlah belasan orang.
Mayoritas adalah pengurus yang diambil dari setiap RT di Desa Kranggan.
Lambat laun, jumlah nasabah semakin bertambah dan kini mencapai 56 orang yang berasal dari 14 RT di Desa Kranggan.
Semakin banyaknya nasabah yang menabung sampah tak terlepas dari gencarnya sosialiasi yang dilakukan para pengurus.
Bergerak dari satu lingkungan RT ke RT yang lain, mereka menebar manfaat adanya bank sampah.
Tak hanya membuat lingkungan menjadi bersih, bank sampah juga bisa membantu perekonomian warga dengan mendulang rupiah dari sampah yang bernilai ekonomis.
"Memang hasilnya belum seberapa, misal sekali pencairan dapat Rp 40 ribu, Rp 80 ribu, tapi yang sedikit-sedikit ini kalau dikumpulkan kan lumayan," kata Herni.
Tak sekadar mengadakan sosialiasi, para pengurus ikut menabung agar bisa menjadi bukti sekaligus motivasi bagi warga desa.
Dengan adanya contoh yang real, bahwa kegiatan bank sampah ternyata bisa mendatangkan rupiah, warga akan semakin tertarik untuk menyetor atau menabung sampah.
Selain itu, para pengurus yang sebagian besar adalah ibu-ibu juga mencontohkan tentang tata cara pemilihan sampah di rumah yang benar.
"Dulu, ketika dibawa ke sini, semua sampah dikumpulin dalam satu plastik besar. Belum dipilah mana sampah plastik, kertas, mana sampah yang bisa diterima di bank sampah, mana yang tidak," ucap Herni.
Kini, seiring berjalannya waktu, mayoritas nasabah Bank Sampah Berkah Utomo sudah menerapkan pemilihan sampah sejak dari rumah.
Meski demikian, Herni tak menampik, masih ada satu-dua warga yang belum terbiasa melakukan hal ini.
Selain dijual, sejumlah sampah yang disetorkan juga dikreasikan pengurus Bank Sampah Berkah Utomo menjadi baju daur ulang.
Baju dari sampah tas kresek itu kerap dipamerkan saat karnaval bahkan disewa pihak lain untuk acara serupa.
"Lumayan, biaya sewanya bisa buat kegiatan operasional bank sampah," kata Herni.
Ke depan, Bank Sampah Berkah Utomo juga berencana membuat gagang pisau dari sampah-sampah tersebut.
Rencana ini tak terlepas dari mayoritas warga Desa Kranggan yang berprofesi sebagai pembuat pisau.
Menurut Herni, hal ini sebagai bagian dari pengolahan sampah yang berkelanjutan sekaligus menjadikan sampah memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Herni mengatakan, melalui kegiatan bank sampah diharapkan bisa memotivasi warga agar lebih peduli terhadap sampah rumah tangga.
Sampah tak lagi dibuang sembarangan dan lebih bisa dihargai karena bisa menghasilkan rupiah.
"Manfaat lainnya tentu Desa Kranggan menjadi lebih bersih, masyarakatnya sehat, dan sampah tidak berserakan di mana-mana," kata Herni.
Jadi Prioritas Desa
Sementara itu, Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo mengatakan, pengelolaan sampah menjadi satu program prioritas selama kepemimpinannya.
Ia ingin agar masyarakat di Desa Kranggan memiliki kepedulian lebih terhadap sampah. Bahwa sampah sebenarnya masih bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi asal diolah dengan cara yang benar.
Ia pun menggulirkan sejumlah program untuk mengubah mindset masyarakat agar sampah tak lagi dibuang sembarangan.
Di antaranya mewajibkan setiap penerima bantuan sosial (bansos) membawa sampah rumah tangga anorganik saat pencairan bantuan.
"Warga bisa membawa botol plastik, botol kaca, kardus bekas, kertas-kertas. Dengan demikian, mereka akan terbiasa merawat sampah, bahkan bisa dijadikan rupiah, ketimbang dibuang begitu saja," ungkap Gunawan.
Program lainnya adalah mendorong setiap RT memiliki program tersendiri untuk menyokong keberadaan Bank Sampah Berkah Utomo.
Salah satunya yang dilakukan RT 7. Setiap kegiatan PKK di RT 7, ibu-ibu juga diminta membawa sampah anorganik.
Sampah-sampah itu lantas dikumpulkan lalu disetorkan kepada bank sampah dan diatasnamakan PKK RT 7.
Hasil tabungan di bank sampah bisa dipakai untuk membeli seragam, kegiatan operasional PKK, hingga menjadi kas RT.
Tak berhenti sampai di situ, Gunawan yang pernah mendapatkan hasil tabungan sampah sebanyak Rp 400 ribu itu juga akan membangun warung sampah.
Konsepnya menggunakan sistem barter. Masyarakat bisa menukarkan sampah untuk mendapatkan sembako sesuai kebutuhan.
Ia menargetkan, sekira 300 Kepala Keluarga (KK) dari 1.144 KK di Desa Kranggan menjadi nasabah Bank Sampah Berkah Utomo.
Ini tak lepas dari cita-cita Gunawan yang ingin menjadikan Desa Kranggan sebagai destinasi desa edukasi wisata sampah.
Sehingga masyarakat dari luar daerah bisa belajar tentang pengelolaan serta pengolahan sampah organik dan anorganik di desanya.
Gunawan bersyukur, cita-citanya tersebut mendapat dukungan dari PT Tirta Investama Klaten dengan LSM SHIND.
Sebab hal ini sejalan dengan komitmen Danone AQUA yang melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Ia pun mengapresiasi segala bentuk bantuan yang diberikan Danone AQUA melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Peran CSR dari Danone AQUA sangat bagus dan berjalan dengan baik di Desa Kranggan melalui LSM SHIND. Salah satunya melakukan pendampingan bagi para pegiat sampah di Bank Sampah Berkah Utomo mulai dari nol," kata Gunawan.
Pendampingan yang diberikan, sambungnya, tidak hanya dari sisi teknologi yaitu pengelolaan bank sampah secara online, melainkan juga dari sisi sarana dan prasarana.
Apreasiasi dari LSM SHIND
Usaha Pemerintah Desa Kranggan dalam pengelolaan sampah juga mendapat apreasiasi dari LSM SHIND.
LSM yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan itu tahu betul usaha dari desa untuk mewujudkan cita-cita menjadi desa edukasi wisata sampah.
"Kami di-hire oleh PT Tirta Investama Klaten untuk melakukan pendampingan bank sampah masyarakat di Kecamatan Polanharjo, salah satunya di Desa Kranggan. Di Desa Kranggan, kami mendampingi mulai dari pembuatan kelembagaan, program kerja, pengelolaan bank sampah secara online, sampai setelah sampah dikumpulkan," kata tim lapangan LSM SHIND, Agus Setiadi.
Oleh karena itu, Agus pun angkat topi pada pengurus Bank Sampah Berkah Utomo yang sebagian besar adalah ibu-ibu dalam mengajak warga untuk mau peduli dan berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.
Diakui Agus, pendampingan yang diberikan LSM SHIND terhadap Bank Sampah Berkah Utomo juga tak lepas dari dukungan CSR Danone AQUA.
Hal ini sebagai wujud komitmen dari pihak industri dalam hal ini Danone AQUA dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kreasikan Sampah Jadi Produk Bernilai Jual
Selain Bank Sampah Berkah Utomo, ada bank sampah lain yang ikut mengelola sampah bahkan bisa menjadi barang yang bernilai jual dan menghasilkan rupiah.
Yaitu Bank Sampah Rukun Santosa. Bank sampah yang berlokasi di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo ini sudah berhasil mengolah sampah menjadi berbagai macam produk.
Mulai dari sampah kantong plastik dan kemasan minuman serbuk yang disulap menjadi wadah pensil, tas laptop, tas jinjing, hingga tas anyaman.
Ketua Bank Sampah Rukun Santosa, Sriyono mengatakan, pembuatan produk dari sampah layak kreasi melibatkan sejumlah warga Desa Karanglo.
Termasuk kegiatan operasional Bank Sampah Rukun Santosa juga merekrut sejumlah warga untuk bekerja di sana.
Bahkan, bank sampah yang diresmikan pada 2015 ini juga melibatkan kaum lanjut usia (lansia) untuk ikut berpartisipasi.
Mereka diminta untuk menggunting sampah kemasan yang telah dicuci dan dikeringkan untuk isian tas.
"Kalau mbah-mbah, guntingannya lebih rapi, panjang pendeknya. Walau tidak seberapa, tapi lama-lama bisa jadi banyak, jadi ada tambahan uang," ujar dia.
Sriyono menambahkan, sejumlah produk ini dijual melalui distro Bank Sampah Rukun Santosa yang lokasinya berada di depan rumah pengelolaan sampah.
Harganya pun terbilang terjangkau mulai dari Rp 10 ribu hingga ratusan ribu.
Yang lebih menggembirakan, sejumlah produk Bank Sampah Rukun Santosa telah sampai ke luar negeri.
Misalnya Belanda, Prancis, Swedia, China, hingga India.
Hal ini, kata Sriyono, tak lepas dari peran PT Tirta Investama Klaten yang ikut mempromosikan produk Bank Sampah Rukun Santosa.
Tak berhenti sampai di situ, Pabrik AQUA Klaten juga memberikan dukungan untuk kegiatan operasional bank sampah.
Mulai dari satu unit sepeda roda tiga, dua mesin jahit, satu tempat pemilahan sampah, dan bangunan sebagai tempat pelatihan pembuatan kerajinan untuk para tamu.
Sriyono pun mengungkapan, keberadaan Bank Sampah Rukun Santosa tak hanya meningkatkan perekonomian warga.
Namun juga membuat lingkungan di Desa Karanglo lebih bersih dan sehat.
Sebab, tak ada lagi warga yang membuang sampah sembarangan di Sungai Pusur yang melintasi desa tersebut.
Bahkan muncul kesadaran dari diri masyarakat untuk lebih menghargai sampah.
Punya Dampak Berkesinambungan
Kisah dua bank sampah di atas menjadi satu bukti keberhasilan pendampingan Danone AQUA dalam pengelolaan sampah, khususnya di Kecamatan Polanharjo.
Hal ini sekaligus sebagai wujud komitmen industri dalam menjaga pelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat.
Danone AQUA telah menggulirkan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.
Ditambah penerima manfaat ini tak hanya Bank Sampah Berkah Utomo dan Bank Sampah Rukun Santosa. Namun, juga sejumlah bank sampah lain di Kecamatan Polanharjo.
Hal ini disampaikan Ketua Paguyuban Semut Harjo yang merupakan gabungan pegiat bank sampah se-Kecamatan Polanharjo, Nina Hermawati.
Ia menyebut, saat ini ada 17 bank sampah di Kecamatan Polanharjo dan kesemuanya berada di bawah pembinaan PT Tirta Investama Klaten.
"Bantuan yang diberikan tidak dalam bentuk uang, melainkan sarana dan prasarana. Misal kita butuh mesin jahit untuk membuat kreasi dari sampah, dapat bantuan. Danone AQUA juga mencarikan LSM yang bisa membimbing, menuntun kami dalam pengelolaan bank sampah. Intinya, apapun kegiatan bank sampah, pasti mendapat support penuh dari pihak AQUA," jelas Nina.
Nina menambahkan dukungan tersebut sudah diberikan pihak AQUA sejak 2012 dan terus berjalan hingga kini.
Apalagi, lanjut Nina, kerjasama antara bank sampah di Kecamatan Polanharjo dengan Danone AQUA memiliki dampak baik yang berkesinambungan.
Terutama bagi pelestarian lingkungan di sekitar PT Tirta Investama Klaten, salah satunya Sungai Pusur.
Sungai besar yang melintasi sejumlah desa di Kecamatan Polanharjo dulu kerap menjadi TPS warga sekitar.
Namun sejak adanya bank sampah di daerah yang dilintasi Sungai Pusur, perilaku warga pun berubah.
Tidak ada lagi warga yang membuang sampah sembarangan ke sungai, mencuci baju, atau sekadar buang air besar.
Bahkan kini, Sungai Pusur juga dikembangkan menjadi menjadi kawasan wisata tubbing di Kecamatan Polanharjo.
"Ini membuktikan, dari gerakan kecil seperti memilah sampah, menabung sampah di bank sampah, ternyata hasilnya sangat besar. Tak hanya membuat lingkungan menjadi bersih terjaga, tapi juga berdampak pada perekonomian warga," tutup Nina.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.