Fakta Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Berawal dari Kasus Pencurian dan Temuan Kerangka Manusia
Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan beberapa tahun lalu diungkap oleh Polres Wonogiri.
Penulis: Daryono
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas. Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya.
Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu. Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo.
"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik. Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya.
Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti.
"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.
4. Pelaku rekayasa seoalah-olah korban minggat
Untuk menutupi kasus pembunuhan itu, pelaku Sarmo merekayasa chat korban Agung dengan istrinya.
Setelah menghabisi Agung, Sarmo mengirimkan pesan singkat menggunakan smartphone milik Agung seolah-olah itu pesan dari Agung sendiri.
Dalam chat itu, Agung menyatakan pergi dari rumah karena memiliki anak dan istri di tempat lain.
Meski begitu, istrinya, Katin tidak langsung percaya akal bulus Sarmo.
"Bahasanya seolah-olah pak Agung, tapi saat di telepon tidak diangkat," jelas Katin ketika ditemui TribunSolo.com, Sabtu (9/12/2023).
Smartphone milik Agung masih aktif setelah ia meregang nyawa.
Ia mengatakan selang 1-2 hari sang suami hilang, HP milik Agung masih aktif. Namun ketika di hubungi telepon tidak menjawab, hanya membalas lewat chatting atau pesan.
"Sebagai istri saya ya mengetahui, kalau itu bukan suami saya. Karena suami (Agung) senangnya ngebel (telepon), tidak chatting," ujar Katin.
Kebiasaan Agung tersebut, karena ia ingin cepat berkomunikasi dengan Katin. "Dia pengen cepat (hubungi) kalau sama saya, nggak senang WA (via teks)," paparnya.
Pelaku juga menggunakan bahasa Jawa Timuran yang menambah kecurigaannya.
"Dikit-dikit (balasannya), ini jelas bukan dia. Janggal," kata Katin.
Adik Agung, Wartono menambahkan kalau beberapa kali dihubungi memakai nomor Agung untuk menjemput.
"Pernah di WA (Whatsapp), meminta di suruh jemput di Delanggu, suruh ketemu di Lapangan Joho Sukoharjo pernah juga. Saat kita ke sana, tidak ada orangnya," ungkap Wartono.
Meski begitu, Kanti mengatakan kalau pihaknya dan keluarga tidak mendapat ancaman.
"Tidak ada (ancaman), ini (hubungi) hanya mengaburkan alibi. Dia seolah-olah mengatakan (sebagai) Agung," pungkasnya.
Sementara itu, keluarga korban Sunaryo mengatakan Sunaryo hilang pada 27 April 2022 setelah berpamitan untuk mengembalikan mobil yang digadai.
Sunaryo sudah membuat janji dengan Sarmo.
"Usai salat tarawih, Sunaryo pamitan untuk mengantar mobil ke rumah Sarmo," papar adik Sunaryo, Hertanti pada TribunSolo.com, Minggu (10/12/2023).
Setelah pamitan itu, dia tidak kembali.
"Setelah mengantar mobil itu mas Sunaryo tidak pernah pulang," ujarnya.
Ia menambahkan, sempat mendapat pesan singkat menggunakan nomor Sunaryo satu hari setelah mengantar mobil itu.
"Pesan singkat pertama meminta uang tebusan sebesar Rp 4 Juta lalu kedua meminta Rp 40 Juta, sempat ibu saya akan mentransfer, tetapi saat dimintai rekening nomor Sunaryo sudah tidak merespon," terangnya.
Pihak keluarga mengetahui, yang meminta uang melalui pesan singkat itu bukanlah Sunaryo,
Sebab Sunaryo biasa membalas pesan dengan pesan suara.
Setelah itu, Sunaryo tidak diketahui nasibnya hingga kini terungkap ia menjadi korban pembunuhan.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Pengakuan Sarmo, Pembunuh Berantai Es Teh Maut: Menyesal dan Takut
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti/Septiana Ayu Lestari/Anang Maruf Bagus Yuniar )
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.