Sinergi yang Terintegrasi dari Hulu ke Hilir demi Kelestarian Sungai Pusur
Danone-AQUA bersinergi dengan Pusur Institute demi kelestarian Sungai Pusur lewat aktivitas yang terintegrasi dari kawasan hulu dan hilir.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Sungai menjadi sumber air yang utama bagi banyak nyawa, terlebih manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa air, bahkan banyak yang memilih hidup dekat dengan sungai. Agar tetap terjaga kelestariannya, butuh sinergi banyak pihak untuk menjaga dan merawat sungai.
Hal inilah yang dilakukan PT Tirta Investama Klaten (Danone-AQUA) yang bersinergi dengan komunitas Pusur Institute. Diketahui, Pusur Institute merupakan aksi kolektif para pihak dalam pelestarian Sungai Pusur. Forum multisektor ini beranggotakan lembaga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, pengusaha swasta dan BUMD, kelompok tani, relawan, hingga tokoh masyarakat.
Sekjen Pusur Institute, Muslim Afandi mengatakan, sinergi tersebut sudah terjalin sejak 2016 dengan melakukan sejumlah kegiatan demi kelestarian sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur. Namun sebenarnya, usaha yang dilakukan untuk merawat Sungai Pusur sudah berjalan sejak 2012.
"Kegiatannya masih terfokus di badan sungai berupa kepedulian sungai (river care activities) meliputi pembersihan sungai secara rutin, pendirian bank sampah di sejumlah desa, hingga pertanian ramah lingkungan di kawasan sempadan sungai," kata Muslim, Kamis (7/12/2023). Aktivitas lain yang muncul adalah pendirian River Tubing Pusur Adventur (RTPA) yang bergerak di bidang pengelolaan Sungai Pusur sebagai area wisata tubing.
Saat itu, kegiatan masih bersifat parsial (terpisah) belum terintegrasi antara kawasan hulu, tengah, dan hilir. Padahal Sungai Pusur yang merupakan anak Sungai Bengawan Solo, melintas di dua kabupaten yaitu Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah dengan panjang 36 km. Hulu sungai berada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali lalu berakhir di Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Klaten.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Muslim, ada kesamaan misi dari para pihak yang berkegiatan di DAS Pusur. Ditambah dampak baik dari sejumlah kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata bermuara pada satu tujuan bersama: pelestarian Sungai Pusur. Akhirnya, mereka pun berkolaborasi dalam satu atap yang sama yaitu Pusur Institute.
Baca juga: Cerita Sungai Pusur jadi Wisata Tubing, Jaring Wisatawan, Terbantu Lewat Gerakan Bersih Sampah
Kegiatan Pelestarian yang Terintegrasi
Dukungan untuk kegiatan pelestarian Sungai Pusur berbasis pemberdayaan masyarakat semakin menguat. Apalagi AQUA ikut andil di dalamnya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Pasalnya, perusahaan air minum itu beroperasi di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten yang termasuk kawasan tengah sub-DAS Pusur.
Muslim menyebut, AQUA memiliki komitmen yang tinggi terhadap usaha pelestarian lingkungan sekitar. "Ketika mereka (AQUA) memanfaatkan air, mereka berkewajiban mengembalikannya lewat beberapa kegiatan atau intervensi yang berbeda di hulu, tengah, dan hilir. Jadi program CSR yang dibangun AQUA, tidak hanya berhenti di ring 1 atau di kawasan tengah, tapi juga terintegrasi dari kawasan hulu, tengah, dan hilir," papar Muslim.
Menurut Muslim, dari hasil pengkajian yang dilakukan, setiap kawasan DAS Pusur memiliki karakter yang berbeda. Alhasil, usaha perawatan dan pelestarian pun berbeda-beda. Misalnya konservasi tanah air di kawasan hulu dengan cara penanaman pohon secara reguler setiap tahun. "Karena kawasan hulu merupakan pegunungan dan menjadi tangkapan air yang pertama, maka harus dijaga keberlanjutan sumber daya airnya," kata dia.
Masih di kawasan hulu, upaya selanjutnya adalah konservasi mekanik dengan cara memanen air hujan di setiap rumah tangga. Hal tersebut dilakukan demi meminimalisir terjadinya limpasan air sekaligus menekan air agar bertahan di atas sebanyak mungkin. Ini tak lepas dari kondisi kawasan hulu yang justru 'irit' air meski dekat dengan sumbernya.
Upaya konservasi lainnya adalah pendirian kampung mandiri energi di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten. Di desa tersebut, warga yang mayoritas berprofesi sebagai peternak sapi perah, didampingi untuk mengelola limbah kotoran sapi menjadi biogas. Selain menghasilkan sumber energi terbarukan yang bisa dipakai sebagai pengganti elpiji, langkah ini sekaligus mencegah pencemaran akibat aktivitas pembuangan kotoran sapi ke sungai.
Muslim mengaku, ada dampak yang cukup besar dari kegiatan itu. "Kita lihat perannya sangat besar. Pada 2020, kami menguji kualitas air di kawasan hulu dan tengah, angka bakteri E.coli-nya sangat tinggi karena kotoran ternak. Ketika ini diinisiasi dan ada pendampingan secara intensif sehingga warga tidak membuang limbah ke sungai, angka tersebut turun," ujar dia.
Masuk di kawasan tengah, di mana Pabrik AQUA berada, upaya konservasi juga kian masif dilakukan. Apalagi kawasan tengah DAS Pusur mulai dari Desa Kemiri, Kecamatan Tulung, Polanharjo, hingga Delanggu merupakan kawasan pertanian. Sehingga butuh upaya lebih dalam hal pelestarian lingkungan Sungai Pusur yang menjadi sumber pengairan. Misalnya dengan pengendalian daya rute air dan pemanfaatan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.