Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Selain Buang Makanan, Pengungsi Rohingya Ketahuan BAB Sembarangan di Tambak Warga

Pengungsi Rohingya ketahuan buang air besar (BAB) sembarangan di tambak warga.

Editor: Erik S
zoom-in Selain Buang Makanan, Pengungsi Rohingya Ketahuan BAB Sembarangan di Tambak Warga
Serambi News/Indra Wijaya
(Ilustrasi) Selain aksi buang makanan di laut, perilaku lain pengungsi Rohingya di Aceh kembali mendapatkan sorotan. 

TRIBUNNEWS.COM, ACEH- Selain aksi buang makanan di laut, perilaku lain pengungsi Rohingya di Aceh kembali mendapatkan sorotan.

Pengungsi Rohingya ketahuan buang air besar (BAB) sembarangan di tambak warga.

Sebelumnya, warga sempat geram dengan kelakuan pengungsi Rohingnya yang membuang nasi bungkus yang diberikan sebagai bantuan kemanusiaan. 

Baca juga: Ganjar Pranowo Tekankan Pentingnya Diplomasi Internasional Atasi Persoalan Pengungsi Rohingya

Warga merekam nasi bungkus yang dibuang pengungsi Rohingnya hingga viral di media sosial. 

Kali ini pihak Rohingya angkat bicara soal tuduhan membuang nasi yang diberikan lepada mereka.

Melansir dari akun tiktok @btj.tripaceh, Minggu (17/12/2023), Ali seorang pengungsi Rohingya membeberkan alasan warga membuat nasi bungkus diberikan.

Adapun dikatakan Ali, jika pengungsi Rohingya suka makanan pedas tapi tidak bisa menyampaikan.

BERITA REKOMENDASI

“Ini cuma salah paham, bukan mereka buang2 nasi, mereka suka makanan pedas, tapi tidak bisa menyampaikan, begitu kata bang Ali,” bunyi tulisan dalam video tersebut.

Meski begitu pernyataan tersebut tidak serta merta membuat netizen berhenti kecewa.

“Aku jg sma suka pedes tp namanya dikasih ya terima aja toh dikasih gratis. Yakali dikasih gratis pilih2 menu,” ujar seorang netizen.

“enak aja harus nurutin selera mereka emang kita ini mau dijadiin babu apa,” ujar yang lain.

“lah banyak permintaan dong namanya,” timpal netizen lain.

Baca juga: Solusi yang Ditawarkan Ganjar Pranowo Atasi Persoalan Pengungsi Rohingya


“dah gratis tiap hari Cuma RUDOXING, makanan minta yg enak, disini byk yg jd pemulg untk bs makan, tdr di kolong jembatan woy,” seru yang lain.

BAB Tempat Sembarangan

180 pengungsi Rohingya yang ditampung di pinggir Pantai Gampong Blang Raya, Kabupaten Pidie, dipindahkan secara paksa.

Diketahui kedatangan pengungsi Rohingya telah menimbulkan kegelisahan di tengah-tengah masyarakat lokal.

Seiring berjalannya waktu, warga Aceh semakin enggan menerima kedatangan para pengungsi Rohingya.

Penolakan ini muncul akibat perilaku para pengungsi yang dianggap tidak pantas di tengah masyarakat setempat.

Kelakuan mereka telah membuat geram warga, terutama di wilayah-wilayah yang menjadi tempat penampungan para pengungsi tersebut.

Terbaru para pengungsi menggunakan tambak warga setempat sebagai tempat buang air besar dan mandi.

Aksi para pengungsi Rohingya itu tentu membuat warga geram, mereka akhirnya dipindahkan secara paksa.

"Tentu saja, tindakan tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan potensi konflik antara pengungsi dan masyarakat lokal," terang Keuchik Gampong Batee Zakaria.

Baca juga: Dua Orang Ini Diamankan Karena Diduga Jadi Penyelundup Pengungsi Rohingya, Ini Identitasnya

Namun, perlu diakui bahwa masalah ini mungkin merupakan hasil dari kurangnya persiapan infrastruktur dan koordinasi yang memadai dalam menanggapi kehadiran pengungsi.

Keuchik Zakaria menegaskan bahwa masyarakat sebelumnya menolak kedatangan etnis Rohingya.

Namun, mereka setuju untuk menampung sementara atas permintaan Pemerintah Kabupaten Pidie.

Dalam kondisi ini, mungkin perlu dipertanyakan apakah pemerintah setempat telah menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menangani kebutuhan dasar pengungsi, seperti tempat buang air.

Sementara itu, Protection Associate UNHCR Yance Tamaela menjelaskan bahwa pihaknya telah berusaha mencari solusi bersama kepolisian dan tokoh masyarakat.

Meskipun ada kesepakatan untuk menempatkan pengungsi di tenda di pesisir, keluhan warga terkait perilaku pengungsi menunjukkan bahwa perlu tindakan lebih lanjut.

Dalam melihat permasalahan ini, perlu diambil pendekatan holistik.

Pertama, pemerintah setempat harus bekerja lebih keras untuk menyediakan fasilitas dasar, termasuk tempat buang air, sehingga pengungsi dapat hidup dengan layak tanpa mengganggu masyarakat setempat.

Kedua, komunikasi yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan UNHCR harus dibangun untuk mengatasi ketidaksetujuan awal dan membangun pemahaman bersama.

Pentingnya memberikan pendidikan kepada pengungsi tentang norma-norma dan budaya lokal juga tidak boleh diabaikan.

Dengan pendekatan ini, diharapkan ke depannya dapat tercipta kerjasama yang harmonis antara pengungsi Rohingya dan masyarakat Gampong Blang Raya.

Sudah ditolak keras, mengapa pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh?

Bahkan menurut OCHA, organisasi PBB untuk kemanusiaan, Rohingya hampir pasti tetap akan berdatangan hingga Maret 2024 ke Aceh, mengapa?

Baca juga: Pengungsi Rohingya tembus 1.600 orang, mengapa nelayan Aceh menolong mereka?

Setidaknya dua faktor penyebabnya. Yakni situasi politik di Myanmar dan Bangladesh yang makin menakutkan buat mereka, selain musim kemarau panjang mengancam pangan mereka. Faktor kedua, pada kurun waktu Desember hingga Maret, laut di perairan Andaman menuju Aceh relatif tenang dan aman untuk kapal melaut dengan risiko kecil.

Kabar bakal terus berdatangan pengungsi Rohingya ke Aceh berdasarkan info Badan PBB urusan Kemanusiaan (OCHA) di layanan situs website-nya, ReliefWeb.

“Mengingat situasi di Myanmar saat ini, berlarut-larutnya pengungsi Rohingya di Bangladesh, dan datangnya musim kemarau dengan kondisi laut yang membaik. Maka diperkirakan akan lebih banyak lagi kelompok pengungsi Rohingya yang akan tiba di Aceh pada akhir bulan Maret 2024,” lapor ReliefWeb, diterbitkan pada Rabu (13/12/2023).

Layanan itu melaporkan bahwa, pengungsi Rohingya sangat memerlukan bantuan segera, berkelanjutan, dan menyelamatkan nyawa.

“UNHCR dan IOM segera meminta dana sebesar USD 5,4 juta (Rp 83,7 miliar) untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan darurat para pengungsi Rohingya yang diturunkan di Provinsi Aceh,” lapor ReliefWeb.

Layanan itu menyebut, 1.543 pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh sejak 14 November 2023.

Hingga 12 Desember 2023, total pengungsi Rohingya di Aceh, termasuk 179 orang yang turun dari kapal pada awal tahun 2023, berjumlah sekitar 1.722 orang.

Sekitar 700 pengungsi saat ini masih terluntang lantung di Aceh dan belum mendapatkan tempat penampungan.

Lebih dari 1.000 orang telah direlokasi ke tempat penampungan yang penuh sesak di Aceh.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul BEGINI Jawaban Pengungsi Rohingnya yang Ketahuan Buang Nasi Bungkus, Ngaku Lebih Suka Makanan Pedas

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas