Ahli Kegempaan ITB Duga Gempa Sumedang Terpicu oleh Pergerakan Sesar Aktif
Ahli kegempaan ITB Irwan Meilano menduga gempa di Kabupaten Sumedang terpicu oleh pergerakan sesar aktif.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano menyebut kemungkinan gempa di Kabupaten Sumedang dipicu oleh pergerakan sesar aktif.
"Saya setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh Badan Geologi. Kemungkinan ada sumber gempa di sana, yakni aktivitas dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari," kata Irwan Meilano dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/1/2024).
Dia menegaskan, masih perlu dicari untuk detailnya. Baik parameter sumber gempanya, panjangnya, tingkat aktivitasnya, maksimum magnitudonya, serta lain sebagainya.
Di Indonesia terdapat berbagai lembaga yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), ITB pun termasuk salah satu di antaranya.
Irwan menyatakan, ITB bersama beberapa lembaga terkait lainnya, akan bersama-sama mencari parameter dari sumber-sumber gempa baru, untuk mengidentifikasi lebih detail mengenai gempa yang terjadi di Sumedang.
Baca juga: Update Gempa Sumedang, Rumah Warga yang Rusak Bertambah Jadi 51 Unit
"Belajar dari gempa yang terjadi di Sumedang, kami akan mencari parameter yang lebih detail. Kemungkinan nanti akan dimasukkan ke dalam sumber-sumber gempa baru yang terjadi di Indonesia," ujarnya.
Gempa bumi berkekuatan 4,8 magnitudo mengguncang Kabupaten Sumedang pada Minggu (31/12/2023) malam.
Gempa susulan kemudian terjadi pada Senin (1/1/2024) malam, yang guncangannya terasa ke Bandung, Subang, Garut, Cirebon, dan beberapa kawasan lainnya di Jawa Barat.
Menurut data BMKG, gempa sudah terjadi enam kali di wilayah Sumedang.
Hal lain yang menurutnya menjadi perhatian adalah kekuatan gempa yang tidak terlalu besar, namun dapat menimbulkan dampak kerusakan yang signifikan.
"Terdapat tiga hal yang menjadi fokus, pertama adalah ternyata ada sumber gempa yang tidak terlalu besar dari magnitudonya, namun ternyata cukup dangkal kedalamannya.
Baca juga: Gempa Susulan Terjadi Senin Malam, Pasien RSUD Sumedang Kembali Dievakuasi ke Tenda Darurat
"Kedua bagaimana karakteristik lapisan tanah di Jawa Barat yang mempunyai berbagai produk vulkanik, sehingga dapat meningkatkan guncangan gempa.
"Hal inilah yang membuat gempa dengan kekuatan yang kecil tapi guncangannya terasa keras di permukaan," katanya.
Kemudian yang ketiga, adalah kondisi geografis wilayah di Sumedang dan sekitarnya yang memiliki banyak penduduk dan telah dipadati bangunan, sehingga dapat berpotensi menimbulkan banyak kerusakan saat terjadi bencana.
Baca juga: Gempa Magnitudo 4,5 Kembali Goyang Sumedang, Terasa Selama 5 Detik Hingga Warga Berhamburan
Irwan meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana gempa yang walaupun kekuatannya tidak terlalu besar, namun tetap dapat menimbulkan dampak kerusakan.
"Hal inilah yang perlu menjadi pembelajaran, khususnya bagi masyarakat di Jawa Barat. Sebab, kami juga pernah ada kejadian yang mirip, yakni gempa Cianjur pada November tahun lalu. Meski kekuatannya berbeda, tapi tetap memberikan kerusakan yang signifikan," ucapnya.
Masyarakat diimbau untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan serta kewaspadaan terhadap gempa bumi susulan maupun potensi bencana lainnya.
"Jangan lupa untuk tetap mengikuti petunjuk dari pemerintah, instansi, serta otoritas setempat mengenai informasi terkini bencana. Tetaplah tenang dan hindari kepanikan, agar dapat berpikir dengan lebih jernih guna mengambil langkah-langkah yang selanjutnya diperlukan," katanya.
Laporan reporter Muhamad Nandri Prilatama | Sumber: Tribun Jabar