Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Detik-detik Santri di Blitar Tewas Dianiaya Teman, 17 Anak di Bawah Umur jadi Tersangka

Santri dikeroyok teman sesama santri di salah satu ruang tertutup dalam pondok di Blitar. Korban sempat dilarikan ke RS, namun nyawanya tak tertolong

Editor: Abdul Muhaimin
zoom-in Detik-detik Santri di Blitar Tewas Dianiaya Teman, 17 Anak di Bawah Umur jadi Tersangka
Istimewa
Ilustrasi penganiayaan. Pengasuh ponpes di Blitar memberikan penjelasan terkait peristiwa pengeroyokan yang mengakibatkan satu santri tewas. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNNEWS.COM - Seorang santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Tahsinul Akhlak di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur berinisial MAR (13) tewas dianiaya temannya.

Korban sempat dilarikan ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar dan menjalani perawatan beberapa hari.

Kasus penganiayaan terjadi pada Selasa (2/1/2024) malam dan korban dinyatakan meninggal pada Minggu (7/1/2024).

Sebanyak 17 santri yang masih di bawah umur telah ditetapkan sebagai tersangka.

Menanggapi kasus ini, salah satu pemimpin Ponpes Tahsinul Akhlak, Wafa Bahrul Amin mengatakan peristiwa pengeroyokan itu terjadi malam hari ketika semua pengurus pondok sedang istirahat.

"Di situ ada skenario yang tidak kami tahu. Setelah korban seperti itu, baru ada konfirmasi dari pengurus dan seketika (korban) langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk ditangani lebih lanjut," kata Wafa.

Berita Rekomendasi

"Selanjutnya, pihak pengurus memberi tahu keluarga korban dan akhirnya korban dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi," lanjut Wafa.

Dari hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan polisi menyebutkan pemicu pengeroyokan diduga korban mencuri uang milik temannya.

Menurut Wafa, korban merupakan santri yang baik dan baru setahun masuk di Ponpes. Namun, karena manusiawi, korban mungkin ada masalah dan melakukan pelanggaran terhadap aturan pondok.

Pengurus menindaklanjuti masalah itu untuk memperjelas kasusnya. Dari hasil tindak lanjut pengurus itu, permasalahan mengerucut pada korban dan dilakukan persidangan oleh pengurus di ruang tertutup dalam pondok.

"Ternyata ada pengakuan dari korban, kalau melakukan kesalahan di pondok," ujar Wafa.

Baca juga: Jengkel Dicaci Maki dan Dibanding-bandingkan, Pria Magelang Ini Aniaya Istri hingga Tewas

Para pelaku yang tidak tahu kalau sudah ada persidangan oleh pengurus, ternyata melakukan pengeroyokan terhadap korban.

"Karena, mereka (pelaku) masih anak-anak melakukan tindakan seperti itu (pengeroyokan) terhadap korban. Sebenarnya motif mereka (pelaku) untuk memberikan efek jera (kepada korban), saya sudah bertanya kepada sebagian pelaku. Namun karena memang masih anak-anak, (tindakan itu) jadi kebablasan," katanya.

Menurutnya, mengetahui korban tidak sadarkan diri, para pelaku menyesal. Kemudian para pelaku memberitahu ke pengurus dan korban langsung dibawa ke Rumah Sakit.

Saat ini, kata Wafa, pengurus pondok sedang fokus terhadap perkara tersebut. Pengurus pondok menyerahkan sepenuhnya perkara itu kepada polisi.

Pengurus pondok juga ikut berbelasungkawa kepada keluarga korban.

"Karena semua (pelaku dan korban) santri kami, kami terus menjalin kebersamaan dengan keluarga korban dan keluarga pelaku untuk melakukan mediasi. Perkara ini menjadi bahan evaluasi kami untuk berbenah dan melakukan perbaikan sistem keamanan di pondok. Pondok kami punya sekitar 120 santri," katanya.

Baca juga: Oknum TNI di Manado Aniaya Gerombolan Pengantar Jenazah, Diduga Terganggu dengan Suara Bising

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, Baharuddin mengatakan, dengan peristiwa itu, Kemenag berusaha meningkatkan pembinaan terhadap pesantren sebagai penyangga karakter para santri sebagaimana harapan orang tua.

Menurutnya, Kemenag telah menerbitkan keputusan Dirjen Pendidikan Islam tentang Panduan Pesantren Ramah Anak.

"Harapannya pendidikan pesantren betul-betul bisa menerapkan penyelenggaraan pendidikan yang membangun karakter anak sesuai harapan orang tua," katanya.

Selain itu, kata Baharuddin, Kemenag juga melakukan koordinasi dengan stakeholder terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak untuk melakukan pendampingan di Ponpes yang mengalami musibah tersebut.

"Terutama untuk mengembalikan trauma para santri di pesantren. Karena kasus ini menimbulkan korban jiwa, tentunya para santri akan mengalami traumatis. Kami berusaha mengembalikan kondisi psikis para santri normal seperti semula," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul PENUTURAN Pengurus Ponpes di Blitar Terkait Kasus Santri Tewas Dikeroyok Teman di Pondok: Kebablasan

Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas