Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Santri di Lampung Meninggal di Ponpes, Polisi Ungkap Dugaan Penyebab Kematian

Kapolres Lampung Selatan, AKBP Yusriandi Yusrin menuturkan, penyebab kematian dari MF saat ini masih didalami.

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Santri di Lampung Meninggal di Ponpes, Polisi Ungkap Dugaan Penyebab Kematian
Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan
Ilustrasi jenazah. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda 606 Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, meninggal dunia.

Korban yang berinisial MF (16) meninggal setelah dirawat di RSUD Bob Bazar Kalianda, Minggu (3/3/2023).

Diduga, korban meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya.

Kapolres Lampung Selatan, AKBP Yusriandi Yusrin, menuturkan penyebab kematian dari MF saat ini masih didalami.

Pihak kepolisian juga telah memeriksa 11 saksi kasus tersebut.

"Kita sudah periksa 11 orang saksi,"

"Masing-masing 4 dari pelatih pencak silat, 6 orang sesama santri atau teman korban yang juga ikut ekskul pencak silat," kata Yusriandi.

Berita Rekomendasi

TribunLampung.com mewartakan MF diduga dipukuli karena hukuman (mahar).

“Mereka menyebutnya mahar. Kalau diartikan, seperti hukuman begitu. Itu istilah yang digunakan mereka di pencak silatnya," sambungnya.

Korban mendapatkan hukuman dari seniornya karena diduga pernah tak hadir saat latihan.

Baca juga: Detik-detik Santri di Lampung Tewas Diduga Dianiaya Senior, Korban Tak Ikut Latihan Pencak Silat

"Menurut keterangan sementara, korban mendapat mahar atau hukuman itu karena korban sempat tidak hadir."

"Maka dalam aturan mereka, korban diberikan mahar," ujarnya.

Selain itu, Yusriandi juga mengatakan penyebab kematian korban diduga menggunakan tangan kosong, bukan benda tumpul.

Hasil Visum

Orang tua korban, Ecep Marwa, mengatakan saat di rumah sakit, ada benjolan pada kepala korban.

"Pas di rumah sakit saya tidak melihat adanya tanda-tanda penganiayaan,"

"Saya cuma lihat ada benjolan di kepalanya. Satu, tapi besar. Kurang lebih sebesar telor," kata Ecep, Senin (4/3/2024).

Ecep lalu diberi tahu rekannya bahwa ada kejanggalan.

"Karena saya nggak berani melihat kondisinya jadi saya nggak terlalu merhatiin."

"Kata temen saya ada sejumlah luka di tubuh anak saya. Yang paling jelas itu benjolan di kepala," katanya, dikutip dari TribunLampung.co.id.

Ia pun akhirnya meminta pihak rumah sakit untuk melakukan visum.

"Karena kalau itu kalau benjolan biasa, harusnya dia langsung hilang. Ini anak saya sudah meninggal pun benjolannya masih ada," sambungnya.

Setelah visum luar selesai, ia meminta pihak rumah sakit untuk melakukan autopsi kepada anaknya.

Dari hasil tersebut pihak rumah sakit menyimpulkan bahwa penyebab kematin korban ada indikasi kekerasan.

"Kalau dari pemeriksaan rumah sakit, diduga ada indikasi penganiayaan,"

"Sebab, mereka melihat ada tanda-tanda penganiayaan. Maka dari itu saya minta pihak rumah sakit untuk melakukan visum luar. Abis itu saya minta autopsi," katanya.

Ia mengatakan menurut keterangan dari pihak rumah sakit ditemukan adanya 7 tanda penganiayaan.

"Katanya ada 7 tanda penganiayaan. 1 di bagian kepala, lalu di leher sisanya di badan. Kalau di kepala ya, benjolan tadi. Kalau di leher, tidak terlihat adanya memar. Cuma kalau dari hasil visumnya ada tanda penganiayaan," ujarnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Santri Ponpes di Lampung Selatan Meninggal, Hasil Visum Ada 7 Tanda Penganiayaan

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunLampung.co.id, Dominius Desmatri Barus)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas