Beroperasi Kuartal 3 2024, Smelter di Mempawah Kalbar Akan Serap 1.000 Tenaga Kerja
Presiden Joko Widodo mengunjungi pembagunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Phase 1 di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, ,MEMPAWAH - PT Mining Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID baru saja menyelesaikan pembagunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Phase 1 di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
SGAR Phase 1 ini dikunjungi Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Barat beberapa hari lalu.
“Dengan rampungnya SGAR Phase 1 di Kabupaten Mempawah ini, posisi Indonesia di rantai pasok global akan semakin solid, sehingga mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi global ke depan,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (22/3/2024).
Baca juga: Beroperasi Juni 2024, Menteri ESDM Ungkap Sederet Manfaat Terbangunnya Smelter Freeport di Gresik
Hendi mengatakan, beroperasinya smelter alumina ini akan berimplikasi langsung pada penyerapan tenaga kerja hingga 1.000 orang.
Dikatakannnya, SGAR Phase 1 Mempawah merupakan bagian dari aksi korporasi Inalum dalam menciptakan ekosistem industri aluminium terintegrasi dari hulu (bijih bauksit) hingga hilir.
Proyek SGAR Mempawah ini menghubungkan rantai pasokan antara mineral bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium dengan nilai investasi PSN ini mencapai US$900,7 juta atau sekitar Rp13,5 triliun.
Proyek SGAR Phase 1 ini ditargetkan berproduksi mulai kuartal ketiga 2024 dan beroperasi dengan kapasitas penuh pada awal tahun 2025.
"Nantinya, smelter ini memproduksi sekitar 1 juta ton alumina per tahun dengan bahan baku 3,3 juta ton bauksit per tahun," katanya.
Untuk diketahui bahwa hilirisasi bauksit sudah mencapai tahap yang lebih advance yaitu industrialisasi yang menghasilkan produk akhir.
Baca juga: Menteri ESDM: Smelter Freeport di Gresik Siap Beroperasi Juni 2024
Peningkatan nilai bauksit dari bijih dengan nilai 30 dolar AS per ton dapat ditingkatkan menjadi alumina dengan nilai 380 dolar per ton dan konversi alumina menjadi aluminium akan meningkatkan nilai tambah menjadi 2200 dolar AS per ton.
Sebagian besar produk alumina dari SGAR phase 1 akan dijadikan bahan baku utama untuk Smelter Aluminium Inalum yang berada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dengan kapasitas 260 ribu ton per tahun.
Alumina merupakan bahan utama pembuatan aluminium primer seperti ingot, alloy, billet, bar, keramik, dan produk harian lainnya.
Saat kunjungan kerjanya, Presiden mengapresiasi MIND ID Group yang proaktif merampungkan smelter alumina di Kalimantan Barat tersebut. Menurutnya, langkah cepat ini dapat menjadi contoh bagi banyak pelaku pertambangan dalam menciptakan nilai tambah dari komoditas bahan mentah menjadi menjadi bahan setengah jadi maupun produk jadi.
Baca juga: MIND ID Hanya Kuasai 34 Persen Saham, DPR Kritik Divestasi PT Vale
“Ini yang sering saya sampaikan terkait hilirisasi. Setelah nikel, beberapa komoditas tambang juga terus berjalan, dan kemudian kita masuk ke bauksit. Karena biji bauksit paling banyak ada di Kalimantan Barat,” katanya.
Presiden menyampaikan pembangunan PSN ini menjadi sangat krusial karena kebutuhan terhadap alumina sangat tinggi, dan saat ini kebutuhan tersebut masih banyak dijawab oleh produk impor.
“Separuh kebutuhan itu (alumina) kita masih impor. Kalau smelter SGAR ini jadi, akan dibawa ke Kuala Tanjung, lalu diolah menjadi alumunium, dan kita tidak impor lagi. Targetnya itu,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.