Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Letnan Eko Tewas di Papua Pegunungan, TNI Sebut Bunuh Diri tapi Keluarga Curigai Status WA Terakhir

Seorang perwira pertama TNI Angkatan Laut bernama Lettu Laut Eko Damara ditemukan tewas di Papua. Keluarga curiga ini pembunuhan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Letnan Eko Tewas di Papua Pegunungan, TNI Sebut Bunuh Diri tapi Keluarga Curigai Status WA Terakhir
Kolase Tribunnews
Seorang perwira TNI AL Asal Sumatera Utara (Sumut) Lettu Laut (K) dr Eko Damara (31) disebut bunuh diri saat mengikuti satgas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Keluarga curiga sang letnan dibunuh. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang perwira pertama TNI AL Lettu Laut (K) dr Eko Damara (31) tewas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Keluarga curiga Eko tewas dibunuh.

Pihak TNI AL mengatakan, Letnan Eko bunuh diri saat mengikuti satgas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

Eko Damara ditemukan tewas mengenaskan dengan luka tembak di Poskotis Satgas Mobile, RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu.

Paman korban Abdul Sattar mengatakan korban awalnya dilaporkan tewas di dalam kamar mandi.

Menurut Abdul Sattar, Pihak TNI Angkatan Laut menyebut keponakannya tewas bunuh diri menggunakan senjata api yang ditembakkan ke kepalanya.

Eko disebut bunuh diri lantaran sakit malaria.

Lettu Eko Damara sendiri merupakan personel TNI dari Yonkes I Marinir.

BERITA TERKAIT

Eko berasal dari di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Eko Damara merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, Provinsi Aceh.

Status WA bikin curiga

Abdul Sattar Siahaan, paman Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara, mengatakan, Lettu Eko sempat membuat status WhatsApp seperti menghitung kematiannya.

Awalnya, dia buat status menghitung bertulis '11 jam lagi', kemudian disusul status bertuliskan 9 jam lagi.

Tak lama kemudian, keluarganya mendapat kabar dr Eko Damara tewas dengan kondisi kepala jebol ditembus peluru.

Menurut Abdul, keponakannya itu bukan sosok melankolis dan doyan buat status.

Sehingga, atas dasar itulah keluarga menduga Eko bukan bunuh diri.

"Asumsi kami jangan-jangan dia dipreteli, disekap dan handphone dipegang orang lain.Sebelumnya, ada status dia yang tidak wajar menurut kami,"ungkap Abdul, Selasa (14/5/2024).

"Dia gak terlalu sentimen orangnya.Dia buat status misalnya 11 jam lagi, sambil kasih emoticon senyum. Terus, 9 jam lagi. Gak lama mati,"sambungnya.

Menurut Abdul, dari ciri-ciri penulisan di statusnya bukan sosok Lettu Eko.

Kemudian, ia juga tidak percaya ada orang yang mau bunuh diri menghitung jam kematiannya selama berjam-jam.

"Apa ada orang bunuh diri menghitung waktu."

Curiga Korban Dibunuh

Paman Lettu Eko, Abdul Sattar Siahaan saat diwawancarai, pihak TNI Angkatan Laut menyebut keponakannya tewas bunuh diri menggunakan senjata api yang ditembakkan ke kepalanya.

Namun pihak keluarga tidak percaya Lettu Eko bunuh diri, melainkan menduga keponakannya itu tewas dianiaya, lalu ditembak hingga tewas.

Sebab, saat jenazah tiba ke Langkat pada 29 April lalu dan kain kafan dibuka, ditemukan diduga lebam bekas penganiayaan dan sundutan rokok.

"Kita menduga dia dianiaya dan dibunuh. Tetapi kan ini jujur, asumsi kami. Harus dibuktikan karena belum ada pembuktian, belum bisa disimpulkan,"kata Abdul Sattar Siahaan, saat diwawancarai.

Menurut Abdul, pernyataan TNI Angkatan Laut melalui komandan Lettu Eko saat datang mengantarkan jenazah pada 29 April lalu, yang menyatakan Eko tewab bunuh diri tidak didasari bukti.

Saat jenazah tiba hingga saat ini tidak ada hasil otopsi maupun bukti kalau Eko bunuh diri.

Ditambah, katanya Eko bunuh diri lantaran sakit malaria.

Ia menilai harusnya pihak TNI Angkatan Laut melakukan otopsi jenazah, maupun penyelidikan mendalam benar tidak personelnya bunuh diri.

"Almarhum disebut meninggal bunuh diri begitu sampai ke rumah duka tanggal 29 April. Yang menyampaikan Danyonkes, meninggal bunuh diri karena malaria," katanya.

Kronologi hingga Dugaan Keluarga

  • Lettu Eko Damara ditemukan tewas pada 27 April 2024 lalu. Kemudian jenazah dibawa ke Stabat, Kabupaten Langkat pada 29 April kemarin.
  • Setelah melihat diduga bekas luka di punggung, lutut Eko Damara, keluarga meminta TNI melakukan otopsi jenazah mendiang.
  • Pada 2 Mei lalu, keluarga korban sudah bersurat ke Presiden RI Joko Widodo yang ditembuskan ke Panglima TNI, KASAL, Puspom TNI serta Puspom TNI AL supaya jasad mendiang diotopsi.
  • Lalu pada 8 Mei, mereka juga datang langsung ke Puspom TNI, kemudian diarahkan ke Puspom TNI AL.
  • Disini pihak keluarga mendengar pernyataan berbeda, yakni dr Eko Damara disebut bunuh diri karena utang.
  • Kemudian, lokasi penemuan mayat dr Eko juga berubah, dimana awalnya di kamar mandi, kini disebut di kamar tidur.
  • Sayangnya, meski sudah bersurat ke Presiden dan datang langsung ke Puspom TNI AL meminta otopsi jenazah dan penyelidikan belum ada respon hingga kini.

Hal di atas semakin menguatkan dugaan keluarga bahwa Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara tewas dibunuh, bukan bunuh diri.

"Di sana, dijelaskan bahwa almarhum bunuh diri karena hutang itu yang kami dengar. Kemudian tempat kejadian perkara berubah, yang semula di awal di kamar mandi. Ini berubah di kamar tidur. Kan aneh,"ungkapnya.

"Makanya kami hari ini mengusulkan supaya jenasah diotopsi agar jangan ada asumsi liar dari keluarga.Sederhana yang kami minta, Otopsi supaya tidak ada asumsi liar. Tetapi sampai hari ini tidak ada yang menghubungi soal otopsi,"sambungnya.

Keluarga dr Eko Damara meminta Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memerintahkan supaya kematian Eko diusut.

Abdul mendesak Panglima juga mencopot sementara para komandan dan personel yang ada di lokasi untuk memudahkan penyelidikan.

Otopsi jenazah maupun bongkar makam diperlukan guna membuktikan penyebab pasti kematiannya.

"Kami berharap panglima TNI peduli dan memberikan atensinya supaya mengungkap penyebab pasti kematian mendiang,"harapnya.

Merasa Ditekan Komandan

Sebelum ditemukan tewas tertembak di kepala belakang tembus ke kening atas pada 27 April, ia sempat berkirim pesan ke abangnya, Dedi pada 22 April.

Dalam pesan singkatnya ia menyebut memiliki masalah besar di tempatnya bertugas.

Namun demikian ia tak menjelaskan masalah apa yang dialaminya.

"Itu dia chat tanggal 22 April bilang, sebenarnya masalahku besar. Masalah ku disini. Ketika saya tanyakan dia gak mau jawab,"ungkap Dedi, Abang Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara.

Bukan cuma itu, kurang lebih sepekan sebelum tewas ia juga pernah kirim pesan ke kawan SMA nya kalau dia merasa tertekan oleh komandannya.

Tapi ia tidak menjelaskan juga siapa komandan yang dimaksud.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas