Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Realisasikan Hasil Riset BRIN, Pemkot Semarang Pasang Alat Pendeteksi Longsor dan Banjir di 20 Titik

Pemerintah Kota Semarang berupaya melakukan antisipasi dini pencegahan longsor dan banjir dengan mengimplementasikan hasil penelitian BRIN.

Editor: Content Writer
zoom-in Realisasikan Hasil Riset BRIN, Pemkot Semarang Pasang Alat Pendeteksi Longsor dan Banjir di 20 Titik
Dok. Pemkot Semarang
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat melihat alat hasil penelitian BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional) usai memimpin Upacara Hari Lahir Pancasila di Halaman Balai Kota Semarang, Sabtu (1/6). 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Kota Semarang berupaya melakukan antisipasi dini pencegahan longsor dan banjir dengan mengimplementasikan hasil penelitian BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional).

Seperti diketahui, persoalan banjir dan longsor masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemerintah Kota Semarang. Melalui riset BRIN, sejumlah alat canggih seperti pendeteksi longsor, banjir, hingga pencemaran udara akan diterapkan di Ibu Kota Jawa Tengah.

Satu di antaranya yakni ModAthus (Modifikasi Alat Takar Hujan Sementara). Di Kota Semarang, usai Upacara Hari Lahir Pancasila, yang dilaksanakan di Halaman Balai Kota Semarang, Sabtu (1/6), Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyerahkan ModAthus kepada empat Sekolah Dasar (SD) di Kota Semarang.

Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Anang Setiawan Ahmadi mengatakan, BRIN mendukung kebijakan Pemerintah Kota Semarang yang mengusung konsep smart city.

"Ini follow up, tindak lanjut dari kolaborasi. Hari ini kami launching hasil kerja sama riset dan inovasi yang mendukung kebijakan Pemkot Semarang. Salah satunya BRIN mendukung dari salah satu sisi, yaitu lingkungan yang berbasis industri 5.0," kata Anang.

Dia berharap Kota Semarang bisa menjadi pionir implementasi hasil riset-riset dari BRIN.

"Mudah-mudahan dengan riset ini bisa mewujudkan Semarang yang betul-betul terbebas dari dampak korban pada ancaman bencana," kata dia.

Baca juga: Pembersihan Sampah di Rumah Pompa Air jadi Prioritas Pemkot Semarang untuk Penanganan Pascabanjir

Berita Rekomendasi

Koordinator Tim Peneliti DAS Kota Semarang BRIN, Hunggul Yudono mengatakan, dengan riset aksi partisipatif, BRIN berupaya melibatkan semua pihak, seperti mahasiswa termasuk dengan pemerintah kota.

"Tadi ada pembagian alat takar hujan. Selama ini kami menganalisis banjir tidak didasarkan pada informasi hujan yang akurat, karena alatnya terbatas dan kurang akurat," terangnya.

Pihaknya, kemudian mengembangkan instrumen deteksi banjir dengan cara meletakkan alat takar sederhana yang ditempatkan di Sekolah Dasar (SD).

"Kenapa di SD, selain menghasilkan data, kita juga sekaligus bisa membina pengetahuan dan kesadaran anak-anak mengenai bencana sedini mungkin. Sehingga anak-anak bisa tahu, kalau hujan besar dampaknya banjir, juga daerah berpotensi longsor, sehingga harus waspada," imbuhnya.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, kata dia, BRIN melakukan respons cepat dengan membuat alat berbasis IT. Hal ini agar alat tersebut bisa memberikan peringatan dini terhadap adanya banjir maupun longsor.

Kemudian, lanjutnya, untuk analisis longsor BRIN mendeteksi dari tingkat kejenuhan tanah akibat curah hujan.

"Selama ini orang lihat potensi longsor hanya dari gerakan tanah. Dengan alat berbasis sensor ini, bisa menganalisis kelembaban tanah. Longsor itu kan disebabkan dari tanah jenuh akibat hujan berhari-hari, kemudian tanah bergerak," bebernya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas