Soal Tiga Turis Asing yang Foto Pamer Pantat di Bromo, Polisi: Kami Koordinasi
Inilah kabar terbaru soal tiga turis asing yang berpose foto pamer pantat di kawasan Gunung Bromo.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Keesokan paginya, lanjutnya, 6 WNA masuk pintu Cemorolawang mengendarai jeep Nopol B 2266 IM warna Putih dan jeep nopol D 1028 VCI warna merah dengan rute tour Bromo Penajakan 1 wilayah Pasuruan, Lembah Widodaren dan Kawah Gunung Bromo.
Dari penajakan sekitar pukul 8.30 Wib, menurut dia, rombongan minta Spot Foto di Lembah Widodaren.
Kemudian 3 orang WNA naik ke Jeep warna merah serta meminta untuk di fotokan oleh rekan sesama WNA dengan foto tidak senonoh.
"Aksi WNA tersebut kemudian difoto oleh salah satu sopir jeep secara diam-diam dan kemudian disebar ke WhatsApp grup Jeep miliknya hingga akhirnya viral di jejaring sosial," terangnya.
Sanksi Adat
Disisi lain, tokoh masyarakat Suku Tengger akan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) untuk memastikan kapan pelaksanaan ritual adat yang akan dilakukan oleh 3 wisatawan asing, supir dan gaet wisata.
Dalam rakor yang rencananya digelar pada Jum'at (31/5/2024) sore itu, membahas apakah ketiga turis akan mengikuti sanksi ritual adat Suku Tengger atau tidak .
Mengingat, di negara ketiganya berasal, hal seperti itu merupakan hal lumrah.
Ketiga turis asal Belanda bernama Martjin Jacob Johhanes, Sem Elisabeth Maria Fransisca dan Nina Petronella Jacoba Maria.
Sementara untuk sopir Jeep sekaligus yang memfoto, diketahui bernama Riko, warga Desa Wringinanom, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo dan Dian, warga Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, dan Pepet, selaku pemosting, asal Desa Ngepung.
"Sanksi kita tujukan pada yang memfoto dan tolidernya. Kalau turisnya jadi hub antar negara ini karena kalau turisnya mungkin hal seperti itu wajar di negaranya. Bisa juga mereka tidak tau adat kita," kata Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono, Kamis (30/5/2024).
Namun, menurut Sunaryono, hal seperti itu tidak berlaku bagi pelaku usaha Jeep atau sopir maupun gaet wisatanya.
Mengingat, sopir maupun gaet wisatanya adalah warga Kabupaten Probolinggo yang tentunya tahu dan mengerti adat Tengger.
"Kalau sopir dan gaednya orang Indonesia, kan harusnya tahu adat ketimuran. Tapi besok sore kita masih rapat mungkin besok masih ada pembahasan lagi," ungkapnya.
Diketahui, aksi kurang terpuji dan tak pantas ditiru dilakukan oleh tiga wisawatan mancanegara atau wisawatan asing saat berkunjung ke Gunung Bromo.