300 Lebih Warga Gorontalo Mengungsi karena Banjir Bandang, Ruang Kelas SD Jadi Tempat Pengungsian
Kepala Sekolah SDN 38 Hulonthalangi, Isnawati Bobihu menuturkan, sekolahnya seakan sudah jadi langganan tempat pengungsian apabila terjadi banjir.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
"Rata-rata keluhannya gatal-gatal, beringus, panas, batuk, dan itu keluhan umum para korban terdampak banjir," terangnya.
SDN 38 Hulonthalangi Selalu Jadi Tempat Pengungsian
Setiap Kota Gorontalo dilanda banjir, gedung dari SDN 38 Hulonthalangi selalu dijadikan tempat pengungsian.
Diketahui, para pengungsi mulai berada di sekolah tersebut sejak Rabu (26/6/2024) malam.
Kepala Sekolah SDN 38 Hulonthalangi, Isnawati Bobihu, kepada TribunGorontalo.com menuturkan, sekolahnya seakan sudah jadi langganan tempat pengungsian apabila terjadi banjir.
"Iya, sekolah ini memang selalu jadi tujuan masyarakat untuk mengungsi jika banjir terjadi, istilahnya sudah menjadi 'langganan'," kata Isnawati Bobihu.
Isnawati menuturkan, tahun ini merupakan tahun kelima ia menjabat sebagai kepala sekolah, dan tiap tahunnya selalu ada pengungsi datang.
"Alhamdulillah menjadi berkah bagi kami untuk menerima masyarakat berteduh sementara di sini," tutur Isnawati.
Menurutnya, SDN 38 Hulonthalangi selalu jadi tempat mengungsi lantaran lokasinya dengan dengan rumah para pengungsi serta akses jalan yang mudah.
"Di sini rata-rata pengungsi datang dari Kelurahan Kampung Bugis, Dumbo Raya, jadi jarak dari rumah mereka ke sini relatif dekat," imbuh Isnawati.
Meski para pengungsi tak mengganggu aktifitas sekolah, namun, ada beberapa orang yang harus diingatkan untuk tak mengganggu kondusifitas sekolah.
"Sebenarnya aman-aman aja, tapi sesekali kami tetap harus ingatkan mereka secara baik-baik," kata dia.
"Sebab, dalam hal kebersihan toilet, masih ada yang lupa membersihkan selepas memakainya," ungkap Isnawati.
Ia menceritakan, sempat ada pengungsi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang buang air besar di pot bunga sekolah.
"Latar belakang pengungsi kan beragam, jadi kami harus memerhatikan hal itu. Pernah ada pengungsi yang rupanya berstatus ODGJ,"