Pembunuhan Bos Kontraktor di Lubuklinggau, Anaknya yang Masih Balita Saksikan sang Ayah Ditusuk OTK
MF (4) menyaksikan ayahnya, Hamzi (43), ditusuk orang tak dikenal di depan rumah mereka, Minggu (25/8/2024).
Penulis: tribunsolo
Editor: Pravitri Retno W
"Sesuai instruksi Kapolres meminta supaya ditunggu tenang, mungkin kita hanya dapat petunjuk saja," ungkap Hendrawan, Senin (26/8/2024).
Istri korban juga sampai saat ini belum dimintai keterangan dari polisi.
Hendrawan mengatakan istri korban masih histeris dan trauma atas tewasnya sang suami.
Polisi Lakukan Penyelidikan
AKP Hendrawan mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku pembunuhan.
Hendrawan belum bisa memastikan korban ditusuk saat di atas motor atau saat sudah berhenti.
"Belum diketahui apakah ditusuk dulu atau dihadang, motornya matic tinggal nyater (hidupkan), masih belum jelas," kata Hendrawan, Senin (26/8/2024).
Dia juga belum menemukan motif pembunuhan tersebut, sebab pihaknya harus bekerja sesuai fakta dan data, bukan hanya asumsi.
Hendrawan juga membenarkan korban meninggal saat menuju ke RS dengan dugaan karena senjata tajam (sajam).
Barang bukti berupa motor saat ini sudah diamankan pihak kepolisian.
"Di TKP yang sudah kita amankan yakni motor, sementara untuk CCTV tidak ada," tutur Hendrawan.
Sosok Hamzi
Hamzi diketahui sebagai seorang bos kontraktor di Kota Lubuklinggau, Sumsel.
Selain itu, ia adalah kakak dari Kepala Desa Karang Anyar, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).
Seorang warga Desa Karang Anyar yang tak disebutkan namanya mengonfirmasi hal tersebut.
"Iya beliau (korban Hamzi) kakaknya (Martono Kades Karang Anyar Muratara)," ujarnya saat dihubungi TribunSumsel.com dari Muara Rupit, Minggu (25/8/2024) malam.
Sementara itu, Martono juga belum memberikan respons karena masih dalam suasana berduka.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Kronologi Bos Kontraktor di Lubuklinggau Tewas Ditusuk di Depan Anaknya, Istri Histeris dan Trauma
(mg/Pradita Aprilia Eka Rahmawati)
Penulis adalah peserta magang Universitas Sebelas Maret (UNS).