Ayah Meninggal 15 Hari setelah Dokter Aulia Dimakamkan, Menkes Janji Hilangkan Perundungan di PPDS
Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengaku tahu bentuk perundungan pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPSS). Ia berjanji akan menghilangkannya.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, buka suara terkait praktik perundungan atau bullying yang kerap terjadi dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Dugaan perundungan dialami dokter Aulia Risma Lestari (30) yang ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024) lalu.
Selang 16 hari kemudian, ayah dokter Aulia, Mohamad Fakhruri (65) meninggal karena kesehatannya menurun.
“Kasus ini jadi momentum untuk menghapus praktik-praktik bullying yang tidak manusiawi di pendidikan dokter spesialis,” ujarnya, Rabu (28/8/2024).
Ia menegaskan mimpinya adalah menghilangkan budaya perundungan yang sudah mengakar di dunia kedokteran.
Menurut Budi, tidak sedikit dokter yang masih percaya perundungan adalah cara untuk membangun ketahanan mental.
“Banyak yang denial, merasa bullying penting untuk membentuk mental yang kuat. Padahal, ada banyak cara melatih ketahanan mental tanpa harus menyakiti,” tegasnya.
Budi menggarisbawahi di profesi lain seperti TNI, Polri, dan pilot, ketahanan mental juga diperlukan, namun praktik pendidikan mereka minim perundungan.
“TNI, Polri, pilot, semuanya membutuhkan ketahanan mental yang kuat, tapi cara mendidiknya tidak seperti ini (bullying). Ini soal budaya yang harus diubah,” tambahnya.
Menkes tidak ragu mengungkap detail praktik perundungan yang terjadi, mulai dari aturan ketat hingga perlakuan yang tidak adil terhadap peserta PPDS.
“Saya tahu persis praktiknya, berapa bayarnya, seperti apa perlakuannya. Yang bekerja di rumah sakit pendidikan kebanyakan hanya PPDS, dokter senior jarang turun langsung."
Baca juga: Beredar Voice Note Diduga Curhat Dokter Aulia Risma Kepada Ayah, Disebut Sudah Diserahkan ke Polisi
"Di ruang operasi, misalnya, PPDS yang bekerja, dokter senior hanya datang sebentar lalu pergi,” lanjutnya.
Budi menegaskan akan membawa kasus ini ke ranah hukum agar ada hukuman maksimal bagi pelaku sebagai efek jera.
“Saya akan dorong kasus ini diproses hukum. Pelaku harus dihukum seberat-beratnya untuk menciptakan efek jera,” kata Budi.
Dengan keberanian Budi membuka praktik-praktik kelam ini, diharapkan ada perubahan signifikan dalam lingkungan pendidikan dokter spesialis di Indonesia.
"Saya minta didokumentasikan biar polisi yang menyelidiki. Sudah, sudah. Diary, Whatsapp, chat, banyak sekali. Itu nanti bisa tanya polisi (apakah terbukti korban bullying atau tidak)," imbuhnya.
Ayah Dokter Aulia Meninggal
Budi Gunadi Sadikin, mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya ayah dokter Aulia, Mohamad Fakhruri.
Kondisi kesehatan Mohamad Fakhruri menurun setelah mengetahui dokter Aulia tewas di kamar kos pada Senin (12/8/2024) lalu.
Baca juga: Pengamat Apresiasi Sikap Terbuka FK Undip Terkait Meninggalnya dr Aulia Risma Lestari
Mohamad Fakhruri sempat mengikuti proses pemakaman dokter Aulia pada Selasa (13/8/2024).
Setelah pemakaman, Mohamad Fakhruri dilarikan ke RSU Islam Harapan Anda, Tegal dan dirujuk ke RSUD Kardinah, Tegal.
"Yang wafat adalah bapaknya. Dia masuknya ke rumah sakit memang sesudah kematian putrinya. Sudah, lah, enggak enak kita ngomonginnya," ucap Budi Gunadi, Selasa (29/8/2024).
Budi Gunadi dan sejumlah pejabat Kementerian Kesehatan sempat membesuk Mohamad Fakhruri saat dirawat di RSUD Kardinah.
Kemudian, Mohamad Fakhruri dirujuk ke RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta lantaran kondisi kesehatannya terus memburuk dan adanya dugaan bullying yang dialami dokter Aulia.
"Jadi waktu saya pulang langsung bapaknya dibawa ke RSCM. Jadi mereka sudah ada di RSCM sekitar tiga hari karena memang kondisinya berat. Jadi tadi malam sekitar jam 01.00 WIB wafat," tukasnya.
Kemenkes membantu proses penyelidikan dugaan bullying yang mengakibatkan mahasiswi PPDS Anastesi di Universitas Diponegoro (Undip) tewas.
"Saya minta didokumentasikan biar polisi yang menyelidiki. Sudah, sudah. Diary, Whatsapp, chat, banyak sekali. Itu nanti bisa tanya polisi (apakah terbukti korban bullying atau tidak)," imbuhnya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Tegal, Dadang Somantri turut mendatangi rumah duka dan mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Mohamad Fakhruri.
Baca juga: Hasil Investigasi Internal FK Undip soal Kematian Aulia Risma Lestari, Korban Punya Riwayat Sakit
Ia belum dapat menyimpulkan meninggalnya Mohamad Fakhruri berhubungan dengan kematian dokter Aulia.
Pemkot Tegal menyerahkan proses penyelidikan ke kepolisian.
"Kita menunggu saja hasil dari penyelidikan sejauh mana. Karena kami memiliki keterbatasan untuk bisa berpendapat atas apa yang terjadi," bebernya.
Adik Mohamad Fakhruri, Miftahudin, meyatakan Mohamad Fakhruri meninggal karena sakit dan dimakamkan di samping kuburan dokter Aulia di TPU Panggung Kota Tegal.
Miftahudin menjelaskan, Mohamad Fakhruri meninggalkan seorang istri dan anak perempuan adik dokter Aulia.
"Anaknya dokter semua. Adiknya almarhumah dokter Aulia juga seorang dokter," bebernya.
Disclaimer:
Berita di atas tidak bertujuan menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri, layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan itu.
Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Mohamad Fakhruri Meninggal, Ayah Almarhumah dr Aulia Risma Dimakamkan Berdampingan di TPU Tegal
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJateng.com/Muh Radis/Iwan Arifianto) (Kompas.com/Wisang Seto)