Mengembalikan Kejayaan Tenun Khas Aceh Lewat Kontribusi Kaum Pemuda
Kain tenun khas Aceh konon sempat berjaya pada abad ke-17 sehingga banyak pengrajin dari berbagai daerah di Sumatera yang belajar ke Aceh.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kain tenun khas Aceh konon sempat berjaya pada abad ke-17 sehingga banyak pengrajin dari berbagai daerah di Sumatera yang belajar ke Aceh.
Namun, perkembangannya selama ini stagnan akibat konflik dan kendala lainnya.
Guna mengembalikan kejayaan tenun, Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (Amanah) menggelar kompetisi desain tenun khas Aceh yang diikuti oleh kaum pemuda.
Program unggulan dari Presiden Joko Widodo itu pun melahirkan sebelas desain terpilih.
Desain buatan para pemuda Aceh itu menggambarkan benda-benda yang menjadi ciri khas daerahnya.
“Alhamdulillah aku dapat juara dua di tenun competition. Perasaannya senang, alhamdulillah dapat juara dua dan fun fact-nya itu aku apply-nya di H-1 penutupan (pendaftaran),” kata salah seorang peserta, Ahlul Fikri, Senin (2/9/2024).
Untuk juara pertama kompetisi desain tenun Amanah, diraih oleh M Nur Fauzi dan disusul Ahlul Fikri sebagai runner-up. Sedangkan, peringkat ketiganya dimenangkan oleh Fara Syifana.
Selain itu, terdapat tiga juara harapan yang didapatkan oleh Afra Syahra, Cut Ayu dan Nilam Permata Sari.
Adapun, lima desain terpilih lainnya atas nama Nabila Azqia, Rahmathul Zikra, Rizka Safia, Febrina Muharra dan Al Fazzatil Ala.
Untuk desain buatannya, Ahlul mengaku mengolaborasikan unsur arsitektur Aceh dan ikon lainnya.
“Konsep desain aku itu rumah Aceh kemudian aku selipkan beberapa motif bungong jeumpa (bunga cempaka) dan motif cakra donya,” katanya.
Uniknya, Ahlul hanya membutuhkan waktu sehari untuk membuat desain tersebut dan mengirimkannya di hari terakhir pendaftaran yang dibuka 6-26 Juni 2024 lalu.
Dia mengaku terinspirasi dari tugas akhirnya di Jurusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Melalui desain motif tenun tersebut, dia berharap dapat melambangkan perdamaian masyarakat di Aceh. Simbol harapan itu diwakili oleh bentuk bagian depan cakra donya atau lonceng raksasa peninggalan Kesultanan Samudra Pasai.
“Cakra donya itu melambangkan perdamaian Aceh dan itu simbol kerja sama antara Cina dan Aceh pada zaman dahulu. Jadi, simbol perdamaian yang aku angkat di sini harapannya agar masyarakat Aceh selalu damai dan tentram hidupnya,” tutur Ahlul.
Baca juga: Seni Klasik Bertemu Sentuhan Futuristik di Pagelaran Padu Padan Tenun Collection Fashion Show
Sebelumnya, Amanah juga telah menggelar Pelatihan Kreasi Tenun di Rumah Tenun AMANAH x Kutaraja pada 26-28 Agustus 2024. Pelatihan itu diikuti para pengrajin tenun dari berbagai daerah di Provinsi Aceh, terutama pengrajin berusia muda.