Eksistensi Petani Kelapa, Hilirisasi Sejahterakan Warga Jaga Indonesia Tetap Lestari
Para petani membutuhkan pabrik pengolahan kelapa yang menerima hasil panen mereka dalam bentuk kopra
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Perkembangan industri agribisnis di Indonesia perlu diperhatikan.
Satu di antaranya adalah eksistensi petani kelapa Tanah Air.
Seperti contoh para petani kelapa di Halmahera yang menjual kelapa dalam bentuk utuh atau dalam bentuk kopra.
Jika dijual dalam bentuk kopra, maka serabut kelapanya menjadi limbah yang kemudian hanya dibakar begitu saja.
Tentu hal tersebut tidak ramah lingkungan dan bisa mengganggu kesehatan masyarakat.
Para petani membutuhkan pabrik pengolahan kelapa yang menerima hasil panen mereka dalam bentuk kopra.
Dalam hal ini komitmen JHL Group untuk turut berkontribusi dalam pengembangan industri agribisnis di Tanah Air semakin tampak nyata.
Salah satu bukti konkretnya, perusahaan yang didirikan oleh Jerry Hermawan Lo itu kini telah memiliki dua pabrik pengolahan kelapa yang sudah beroperasi.
Yakni Dewacoco yang terletak di Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara dan di Manado, Sulawesi Utara.
Sebenarnya, ada lagi pabrik yang akan didirikan di Kalimantan, yang saat ini masih dalam proses pengembangan.
Selain itu, Dewacoco juga sedang menjajaki untuk membangun pabrik pengolahan kelapa di Kepulauan Riau.
Baca juga: Industri Kelapa Sawit Ingin Capai Net Zero Emission Lewat Hilirisasi dan Pengelolaan Biomassa
Pabrik kelapa Dewacoco bisa mengolah kelapa-kelapa yang dibeli dari para petani untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah tinggi.
“Kalau dulu kelapa Indonesia diekspor dalam bentuk utuh (kelapa bulat), sekarang dengan pabrik ini, kami bisa olah dulu sebelum diekspor. Ini yang dinamakan hilirisasi kelapa,” kata Founder Dewacoco, Jerry Hermawan Lo.
Sementara di pabrik Dewacoco ini, limbah sabut kelapa pun diolah menjadi bahan bakar terbarukan.