Anak-anak di Deli Serdang Takut Berangkat ke Sekolah Pasca-Penyerangan Sekelompok Oknum TNI
Dampak penyerangan sekelompok oknum TNI di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dirasakan oleh warga.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Dampak penyerangan sekelompok oknum TNI di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dirasakan oleh warga.
Bahkan, pelajar yang duduk di bangku SD, SMP, hingga SMA mengalami trauma hingga ketakutan.
Mereka takut untuk berangkat sekolah dan terpaksa membolos.
Demikian yang disampaikan Binawati, Kepala Dusun III, Desa Selamat.
"Wah, ini saja banyak anak sekolah ketakutan. Mereka pada bilang ke orang tuanya 'mak, cemana ini aku takut sekolah karena takut kepada TNI ini'," kata Binawanti, Selasa (12/11/2024) dikutip dari Tribun Medan.
Warga sekitar, lanjut Binawati, masih membahas soal penyerangan tersebut.
Bahkan, mereka terlihat was-was ketika melihat orang tak dikenal datang ke kampungnya.
Binawati sendiri mengaku takut saat hendak pergi ke kantor desa.
Ia khawatir penyerangan tersebut kembali terjadi.
"Jangankan mereka, saya pribadi saja ketakutan mau ke kantor desa saja was-was. Untuk laki-laki juga ketakutan dikira mereka teman yang sempat TNI itu cari."
Seperti diketahui, dalam penyerangan ini, satu orang meninggal dunia.
Baca juga: Prajurit TNI Serang Warga Sipil di Deli Serdang, Panglima: Terjadi Adu Mulut dengan Geng Motor
Aksi penyerangan tersebut terjadi di Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Jumat (8/11/2024) malam.
Seorang warga bernama Tony Seno Aji (55) menceritakan bahwa penyerangan terjadi tiga kali.
Penyerangan pertama terjadi pada pukul 21.30 WIB.
Kala itu, ada 30 prajurit TNI yang pukuli pemuda di sekitar dusun IV dan III secara membabi buta.
Para prajurit tersebut mencari seorang pria berinisial D.
“Kita tak tahu masalahnya apa. Nanya aja langsung kena pukul. Mereka membawa samurai, pentungan, banyak lah,” kata Tony, dikutip dari Kompas.com.
Karena kalah jumlah, puluhan prajurit TNI tersebut melarikan diri ke arah asrama.
Lalu, penyerangan kedua pun terjadi setelah prajurit TNI mendapati ada dua anggotanya yang tak pulang ke asrama usai serang warga.
Tony menuturkan, prajurit TNI tersebut berburuk sangka ke masyarakat dan mengira warga menahan dua prajurit tersebut.
Padahal, kemungkinan besar keduanya hanya tersesat saat melarikan diri.
"Datang lah rombongan kedua, ada sekitar ratusan orang, nyariin kawannya,"
"Mana si Ginting, kalian sembunyikan ya, kata mereka," ucap Tony.
Para prajurit tersebut datang sambil membawa senjata tajam dan balok kayu.
Baca juga: Sri Ulina: Ibu yang Terluka dalam Serangan Prajurit TNI di Deli Serdang
Bahkan, ada oknum yang menodongkan senjata api ke warga yang tak tahu duduk perkara permasalahannya.
"Di warung ini, dipukul meja, ada gelas dan piring sampai pecah. Di sini ada 4 orang yang tak sempat lari dan ditodongkan pistol,” ungkap Tony.
Setelah penyerangan kedua tersebut, ada tujuh warga yang dibawa ke markas.
Di makarkas tersebut, mereka hanya didudukkan lalu dipulangkan pada Sabut (10/11/2024) dini hari.
Lalu, penyerangan ketiga pun terjadi.
Penyerangan ketiga tersebut terjadi karena para anggota TNI merasa cemas untuk pulang ke asrama lantaran harus melewati jalan di Desa Selamat, di mana warga sempat mulai berkumpul.
“Ramai lah lagi datang mereka. Di situ lah, siapa yang lewat hajar. Terus ada kata-kata ancaman, ‘Kubakar kampung kalian ini,’ Jadi warga trauma lah. Itu lah kami merasa suasana sudah mencekam dan tak ada yang berani tidur,” sebut Tony.
Warga pun trauma bahkan takut untuk keluar rumah maupun bekerja.
“Kami di sini sudah tidak memiliki harga diri dibuatnya. Kami menuntut mereka diproses hukum. Kalau tidak sesuai, kami akan menuntut sampai ke atas. Kami ini adalah korban salah sasaran semua,” tandas Tony.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Dampak Insiden Penyerangan Sekelompok Oknum TNI di Sibiru-biru, Anak-anak Trauma Takut ke Sekolah
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(Tribun-Medan.com, Fredy Santoso)(Kompas.com, Goklas Wisely)