Diembargo Amerika Puluhan Tahun, Bagaimana AU Iran Menjaga Nyawa Pesawat F-5 Tiger?
Komponen yang sulit dibuat dalam negeri tetap harus didatangkan dari luar. Untuk itu mereka mendirikan perusahaan fiktif di beberapa negara Barat.
Editor: Malvyandie Haryadi
Prototipe pertama sempat unjuk gigi dalam latihan bersandi ‘Blow of Zolfaqar’ pada tanggal 19 Agustus 2006 dengan melaksanakan misi serangan bersenjata menembakkan multiple rocket launcher.
Tiga pesawat versi produksi awal telah bergabung dengan IRIAF pada 22 September 2007 dan mendapat kesempatan melakukan flypass di depan publik pada perayaan National Army Day dengan berlabur warna ala tim aerobatik Blue Angels Angkatan Laut AS.
Satu skadron Saegheh resmi dibentuk pada 24 Februari 2010, dimana penempur ini akan berperan sebagai pesawat pertahanan udara dan serangan darat ringan.
Hingga tahun 2013 skadron ini lengkap diisi 24 pesawat. Meski tergolong penempur baru, Saegheh masih dikategorikan sebagai pesawat tempur generasi 4 karena belum memiliki kemampuan stealth.
Banyak pihak meyakini kinerja dan manuver pesawat ini hanya sedikit lebih baik ketimbang F-5E Tiger II, terutama karena telah menggunakan teknologi fly by wire serta radar yang lebih baik dari aslinya.
Sedang jenis pesenjataanya yang diusungnya tak berbeda dengan pesawat F-5E yang lama.
Untuk meningkatkan penciuman sang Harimau, diluncurkan proyek Offogh (Horizon) pada tahun 1999.
Jangkauan radar bawaan APQ-159 untuk pengendalian penembakkan bertambah dari 32 ke 64 km dalam modus pencarian, dan 16-40 km dalam modus pelacakan.
Ada pula proyek Raad yakni pengembangkan sistem kompatibilitas untuk bisa menembakkan rudal udara ke udara CATIC PL-7 buatan China, R-60 (AA-8 Aphid) buatan Rusia, AIM-9P Sidewinder buatan AS, serta rudal dalam negeri Fatter.
Dengan proyek-proyek ini membuat kehadiran Harimau Persia akan disegani lawan, apalagi dengan gigi taring yang sudah berkilau diasah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.