Pertempuran Musa Qala: Kisah Pasukan Elite Inggris yang Nyaris Dihabisi Taliban
"Saya terpaksa menyisakan satu peluru untuk diri saya sendiri daripada ditangkap hidup-hidup lalu dijatuhi hukum penggal kepala,” ujarnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Dengan kekuatan sekitar 500 personel, pejuang Taliban lalu melancarkan serangan frontal dari semua arah.
Sejumlah pejuang Taliban bahkan sampai maju mendekati benteng lalu melemparkan granat. Pasukan Inggris sangat terkejut mendapat serangan frontal dari semua arah itu dan berusaha melawan secara maksimal.
Sebagai pasukan elit yang di antaranya ada personel yang memiliki pengalaman tempur puluhan kali, taktik gempuran Taliban dianggap lain dari yang lain.
Mereka menggempur secara terus menerus dari segala arah dan tetap bertempur secara gigih meskipun teman-temannya telah berjatuhan.
Salah satu personel Para, Sersan Freddie Kruyer sampai frustasi atas taktik tempur para pejuang Taliban itu karena setiap dirinya menembak jatuh musuh, pejuang Taliban lainnya terus berdatangan.
“Ini sama sekali bukan pertempuran konvensional. Jika musuh yang datang menyerbu tak pernah habis dan tidak takut mati. Saya terpaksa menyisakan satu peluru untuk diri saya sendiri daripada ditangkap hidup-hidup lalu dijatuhi hukum penggal kepala,” ujarnya.
Komandan Easy Company, Mayor Adam Jowett juga memberikan komentar pesimis.
“Kami secara total dalam keadaan terkepung. Tak ada peluang untuk meloloskan diri. Apalagi kami bertempur sendirian tanpa ada dukungan sama sekali. Taliban akan mudah untuk mengalahkan kami,” ujarnya.
Selain persediaan amunisi dan makanan makin terbatas, tembok benteng yang melingkari Musa Qala ternyata kurang tinggi dan tidak dirancang sebagai pertahanan untuk kepentingan militer. Jadi jatuhya benteng Musa Qala dan hancurnya Easy Company tinggal menunggu waktu saja.
Tapi sebagai pasukan elit yang terlatih baik, Easy Company tetap menunjukkan perlawanan yang tangguh.
Karena pada dasarnya pelatihan tempur komando yang mereka dapatkan memang disiapkan untuk menghadapi kondisi terjepit seperti itu. Karena tanpa ada bantuan sama sekali, personel Easy Company kemudian mengubah taktik tempur menggunakan mortir.
Gempuran mortir itu dipercayakan kepada tim mortir dari Royal Irish Regiment yang dipimpin oleh Kopral Danny Groves. Berkat gempuran mortir yang terarah dan akurat, pasukan Taliban akhirnya ternyata bisa dipukul mundur dan mengubah taktik serbuannya.
Aksi sniper Taliban
Dari jarak yang cukup jauh dari benteng Musa Qala para pejuang Taliban kemudian melancarkan serangan menggunakan mortir dan roket serta menurunkan para penembak jitunya (sniper).