Kisah Pilot AU Vietnam yang Jatuhkan Bom di Istana Kepresidenan
50 menit setelah istana dibom, istrinya Thi Cam serta dua anak perempuannya Thi Thvong (5) dan Thanh Muong (8 bulan) telah ditangkap dan disiksa.
Editor: Malvyandie Haryadi
Lewat radio, leader mengatakan agar Trung tetap di belakang. Tower juga mengira dia masih bergabung dengan yang lain.
Sesuai persiapan yang telah dilakukannya berhari-hari dengan perhitungan yang sangat matang, setelah memberi kode kepada leadernya untuk tetap di belakang, Trung hanya punya waktu 10 detik untuk kabur.
Saat-saat yang selalu di kenang AU Vietnam sebagai penyerangan paling spektakuler, sebentar lagi akan dimulai. Karena gangguan avionik, Trung diputuskan kembali ke pangkalan.
Tapi apa yang terjadi, bukannya kembali ke pangkalan, hidung pesawat F-5E itu dengan cepat mengarah ke Kota Saigon.
Semua berlangsung begitu singkat. Trung menggeber pesawatnya, istana presiden terlihat persis di depan matanya.
Cuaca cerah hingga jarak pandang sangat bagus. Kilat sekali, pesawat menukik tajam. Dua bom pertama di jatuhkannya menghajar istana. Celaka, luput, bom jatuh di taman persis di samping istana.
“Saya kaget, sebab F-5 biasanya sangat akurat menghantam target. Kemudian saya menset 30 derajat untuk melakukan strafing,” lanjut Trung.
Dia membuat putaran kedua. Sekali lagi, dijatuhkannya dua bom sekaligus. Kali ini tepat, jatuh persis di atap istana. Bom meluncur menghantam tiga lantai sekaligus dan menghancurkan tangga-tangga bangunan.
Kejadian di siang bolong itu mengagetkan segenap warga di sekitar istana. Presiden Nguyen Van Thieu melarikan diri tanpa cidera. Pemboman itu sendiri tidak menimbulkan korban jiwa atau luka serius tentu mengecewakan Trung.
Seperti diakui Trung kepada Orient Aviation, sebenarnya dia juga merencanakan menjatuhkan bom di kedutaan besar AS dan memberondong depot minyak di sepanjang perjalanan kabur ke Phuoc Long.
Tapi begitu melihat bom pertamanya meleset, dia batalkan niatnya dan memutuskan kembali melakukan putaran kedua untuk menghantam target utamanya, istana presiden.
Trung bergegas pergi. Karena dia yakin, leadernya pasti sudah mengetahui dan bisa jadi tengah mengarah ke tempatnya.
Dengan cepat, Trung langsung pergi dan mendaratkan pesawatnya di Propinsi Phuoc Long, dekat perbatasan Kamboja.
Sampai detik itu dia tidak tahu, bahwa 50 menit setelah istana dibom, istrinya Thi Cam serta dua anak perempuannya Thi Thvong (5) dan Thanh Muong (8 bulan) telah di tangkap dan disiksa tentara.