Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pernyataan Mendiang Yana Zein Tentang Kanker Terbukti secara Ilmiah

Dalam wawancara bersama Nova 1 Juni 2017, Yana Zein pernah berkata bahwa penyakit kanker tidak dapat diprediksi kehadirannya.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Pernyataan Mendiang Yana Zein Tentang Kanker Terbukti secara Ilmiah
TRIBUNNEWS/NURUL HANNA
Artis Yana Zein saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (28/5/2017) siang, usai empat bulan berobat kanker di Guangzhou, China. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam wawancara bersama Nova 1 Juni 2017, Yana Zein pernah berkata bahwa penyakit kanker tidak dapat diprediksi kehadirannya.

"Kita harus selalu lakukan (pola hidup sehat) ya, tapi kanker itu kita tidak bisa prediksi. Kanker itu ada di badan kita, mungkin pada saat tubuh kita lemah, kanker itu menyerang kita," ungkapnya.

Yana benar. Studi yang dipublikasikan pada tahun 2015 dan 2017 menyebutkan bahwa “nasib buruk”, daripada gen dan faktor lingkungan, lebih berpengaruh pada terjadinya kanker.

Ketika pertama kali dipublikasikan pada tahun 2015, studi tersebut sempat membuat kehebohan karena dianggap menyiratkan usaha pencegahan apa pun tidak akan ada gunanya.

Pada tahun ini, para peneliti yang sama kembali mempublikasikan penemuan mereka dengan memperluas data menjadi rekaman kesehatan dari 69 negara dan mengoreksi kesalahpahaman yang terjadi.

Digagas oleh Dr Bert Vogelstein, pakar biologi kanker dari John Hopkins University, bersama kolega, penelitian ini menkonklusikan bahwa 66 persen dari mutasi genetik yang menyebabkan kanker muncul karena kesalahan acak yang terjadi ketika sel yang sehat membelah diri dan menyalin DNA.

Walaupun demikian, bukan berarti bahwa pencegahan dengan hidup sehat sama sekali tidak ada gunanya.

Berita Rekomendasi

Vogelstein berkata bahwa menyadari adanya peran kesalahan acak dapat memberikan penghiburan kepada jutaan pasien yang terkena kanker, walaupun telah hidup sehat.

“Hal ini terutama sangat penting bagi orangtua yang anaknya terkena kanker. Mereka mungkin menyalahkan gen yang diturunkan atau lingkungan yang mereka ciptakan,” ucapnya seperti yang dikutip dari Scientific American 24 Maret 2017.

Seperti studi sebelumnya, studi yang dipublikasikan pada tahun 2017 ini kembali membandingkan jumlah kanker yang terjadi di 69 negara dengan frekuensi pembelahan sel pada jaringan-jaringan tubuh seperti paru-paru, tulang, dan sebagainya.

Mereka menemukan bahwa semakin sering sel pada satu jaringan membelah, kemungkinan terjadinya kanker pun semakin tinggi.

Sebagai contoh adalah kanker pada usus besar yang terjadi pada 5 persen pasien, sel pada jaringan ini sering membelah.


Sebaliknya, sel pada usus kecil jarang membelah dan kemungkinan terjadinya kanker pada area ini hanya 0,2 persen.

Para peneliti kemudian menganalisa data dari Inggris untuk mengetahui penyebab kesalahan mutasi pada pasien kanker.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas