Lebih Dekat Dengan Siswa Peneliti Khasiat Bajakah untuk Obat Kanker, Diproteksi Usai Karyanya Viral
Tiga siswa jurusan IPA di Sekolah SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah pembuat obat dari bahan kayu bakambah pun berbagi cerita.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
Dari cerita tersebut, Yazid, Anggina, dan Aysa yang tergabung di dalam ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) di sekolah mereka.
Dibantu dengan Ibu Helita pembimbing mereka mencoba meneliti benarkah kandungan bajakah dapat menyembuhkan kanker.
“Dari pengalaman empiris keluarga Yazid lalu kita mengembangkan lagi karena waktu kita uji memiliki beberapa bioaktif, tapi untuk saaat ini kami masih belum bisa buka kandungan atau senyawanya apa,” ucap Anggina.
Kemudian setelah berhasil mengumpulkan bahan dasar dan penitian lebih lanjut, barulah mereka mulai menguji obat yang mereka masukan pada seekor mencit yang sudah lebih dulu dimasuki sel pembentuk kanker.
Hasilnya kanker pada mencit tersebut secara bertahap mulai mengecil dan akhirnya hilang yang menandakan keberhasilan penelitian mereka.
Proses penelitian itu memakan waktu hingga tiga bulan, dengan alat-alat manual yang mereka lakukan di laboratorium SMAN 2 Palangkaraya.
“Setiap penelitian pasti ada yang menghambat, seperti ketika kesusahan mencari bahan dasar tapi pas momentum peneltian berhasil dan pas lomba menang itu jadi momen terbaik kita,” kata Yazid.
Penelitian siswa-siswi inj juga sudah dibuktikan dengan melalukan pengujian laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kota Banjarmasin.
Sebelum melaju ke lomba di Korea Selatan, karya ilmiah ini juga menjadi juara di ajang Youth National Science Fair 2019 yang digelar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung.
Penelitiannya Viral, Banyak yang Mencari Bajakah
Lalu setelah kepulangan mereka dari ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan mereka pun menjadi sangat viral dan banyak masyarakat yang datang ke mereka untuk meminta obat tersebut.
Aysa pun menjelaskan penemuan mereka itu masih bersifat karya ilmiah dan mereka tidak bisa melakukan produksi obat karena harus ada penelitian yang lebih detil lagi.
“Kita mau menjelaskan ini kan baru penelitian awal jadi belum diproduksi lebih lanjut lagi, harus lebih diperdalam lagi,” kata Aysa.
Kemudian Anggina mengimbau masyarakat tidak asal mengambil akar bajakah di Hutan Kalimantan karena ada ratusan jenis akar bajakah yang tidak semuanya berkhasiat menyembuhkan kanker.
Kedua siswi SMA ini memang sengaja tak menyebutukan secara detil mengenai jenis dan ciri-ciri tanaman bajakah yang mereka ambil untuk menghindari ekploitasi berlebih yang dapat memberikan efek negatif pada hutan kalimantan.