Pakar UGM Ciptakan Alat Deteksi Covid Via Napas, Namanya GeNose, Cara Kerjanya Tanpa Sampel Air Liur
- Inovasi dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengembangkan teknologi pengendus Covid-19 (GeNose)
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inovasi dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengembangkan teknologi pengendus Covid-19 (GeNose)
Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Prof Bambang Brodjonegoro mendorong langkah inovasi ini.
Bambang berharap alat pendeteksi virus melalui embusan napas ini dapat segera menggantikan Polymerase Chain
Reaction (PCR) atau Swab test.
"Kita ingin bagaimana GeNose sedekat mungkin dengan PCR sebagai gold standar, mungkin itu nanti ke depannya," kata Menristek dalam Serah Terima Alat GeNose dari UGM dan Konsorsium kepada Kemenristek/BRIN, Kamis (24/9/2020).
Dia menerangkan substitusi PCR atau Swab Test diperlukan karena membutuhkan biaya yang besar. Ditambah lagi hasil deteksi Covid-19 hingga keluar butuh waktu yang relatif lama.
"Kita ingin melahirkan alat screening Covid-19 yang murah dan cepat. Tentunya orang mengharapkan hasil yang murah, cepat, dan akurat," ucap mantan Menteri Keuangan 2014- 2016 tersebut.
Cara Kerja GeNose
Diketahui GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 lewat embusan napas seseorang.
Embusan itu diambil melalui sensor-sensor dan kemudian diolah datanya dengan bantuan kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) untuk pendeteksian hingga mengambil keputusan hasil.
GeNose juga didesain sangat handy sehingga dapat dioperasikan oleh seseorang secara mandiri dan efisien.
Alat ini inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian Covid-19 melalui embusan napas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing yang hasil diagnosis secara real time atau paling lambat tiga menit.
Anggota tim peneliti GeNose dari UGM Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, GeNose
telah melewati uji klinis tahap pertama dan tengah penjajakan uji klinis tahap dua.
"Butuh kehati- hatian dalam menjalankan prosedur baku. Hal itu harus dipenuhi untuk kebutuhan masyarakat dan tetap menjaga aturan kesehatan," tutup Dian.
Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN Muhammad Dimyati menyampaikan saat ini banyak alat kesehatan yang dikembangkan berbagai pihak atau negara-negara maju untuk mendeteksi penyakit Covid-19.
"Ternyata Pak Menteri kalau perguruan tinggi kalau mau bersinergi dengan industri nyatanya luar biasa tidak kalah juga.
Berbagai pihak BIN, Angkatan Darat, Polri bersama-sama membantu agar rumah sakitnya bisa
menggunakan sebagai uji klinis tahap 2," ucap Dimyati.
GeNose adalah peralatan deteksi virus karya sejumlah pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka adalah Dr Eng Kuwat Triyana MSi, Dr Ahmad Kusumaatmaja, dr Dian Kesumapramudya Nurputra PhD, dan Mohamad Saifudin Hakim PhD.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 UGM, Prof Ali Ghufron PhD mengatakan GeNose adalah temuan dan kreasi alat kesehatan spektakuler.
“Ini inovasi cukup bagus,” kata Ghufron.
Alat ini telah melalui proses uji kalibrasi menggunakan 600 sampel pasien di RS Bhayangkara dan RS Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. GeNose mendeteksi penularan virus Corona hanya menggunakan metode embusan napas.
Apabila deteksi virus dengan satu tarikan napas ini lolos uji profiling dan mendapat legalitas, GeNose menjadi peralatan ketiga di dunia yang memiliki kapasitas mendeteksi virus tanpa
sampel air liur. GeNose bukan peralatan kesehatan baru. Amerika dan Israel telah mengembangkan alat serupa. GeNose merupakan temuan ketiga di dunia yang mengembangkan alat deteksi virus dalam satu embusan napas.(Tribun Network/nas/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.