Ilmuwan Temukan Senyawa Anti Covid-19 di Tanaman Beracun, Bisa Melawan Varian Delta
Sebuah studi berhasil menemukan zat yang mampu memblokir aktivitas semua varian Covid-19.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Sebuah studi berhasil menemukan zat yang mampu memblokir aktivitas semua varian Covid-19.
Studi ini menemukan senyawa dalam tanaman beracun yang dijuluki 'wortel mematikan' yang nantinya dipercaya bakal menjadi obat varian Covid-19 dalam kultur sel yang terisolasi.
Ini menjadi hasil kerja keras ilmuwan yang terus mengembangkan vaksin Covid-19 dan terus mencari obat untuk mengatasi infeksi Covid-19.
Melansir IFL Science, senyawa tersebut dikenal sebagai thapsigargin (TG), agen antivirus yang memicu respons imun dalam sel inang yang menghentikan replikasi virus dan tampaknya efektif melawan semua varian Covid-19 yang diketahui, termasuk varian Delta yang sangat menular.
Baca juga: Menko PMK Imbau Masyarakat Tingkatkan Waspada Potensi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Nataru
Senyawa TG yang diekstrak dari tanaman yang disebut Thapsia garganica ini sebelumnya ditemukan bermanfaat untuk menghambat aktivitas beberapa virus influenza, serta strain asli SARS-CoV-2.
Kemudian, munculnya berbagai varian baru Covid-19 membuat para peneliti mencari tahu, apakah senyawa tersebut juga mampu memblokir beberapa pathogen yang lebih ganas.
Para peneliti lalu membandingkan potensi varian Alpha, Beta, dan Delta.
Untuk melakukannya, mereka menginfeksi kultur sel manusia dengan setiap strain, dan mengukur viral load RNA dalam sampel ini 24 jam kemudian.
Hasil awal menunjukkan, bahwa varian Delta sejauh ini paling produktif, berlipat ganda, dan menyebar dengan kecepatan empat kali lebih tinggi dari varian Alpha dan sembilan kali lebih tinggi dari varian Beta.
Para peneliti juga menemukan, bahwa strain Delta secara signifikan meningkatkan potensi penggandaan varian lain ketika sel terinfeksi bersama dengan dua virus SARS-CoV-2 yang berbeda.
Baca juga: Para Ilmuwan Mendeteksi Varian Baru COVID-19 di Afrika Selatan
Yang mengkhawatirkan, semua kombinasi koinfeksi menghasilkan apa yang disebut peneliti sebagai “sinergi multiplikasi”, di mana load virus baru lebih besar daripada jumlah dua varian yang terlibat.
Namun peneliti mengungkap, senyawa TG ditemukan mampu menghambat replikasi setiap varian individu, serta semua kombinasi koinfeksi.
Ketika diterapkan pada sel yang telah diobati sebelumnya dengan senyawa TG, kemampuan semua varian untuk mereplikasi dan menyebar ke sel yang berdekatan berkurang setidaknya 95 persen.
“Dalam koinfeksi (Alpha-Delta), kelompok infeksi yang paling produktif, RNA virus gabungan dari sel-sel TG-primed turun 99,6% dibandingkan dengan sel-sel yang telah diobati dengan zat kontrol,” tulis para peneliti.