Vaksin Covid-19 Bisa Sebabkan Siklus Mentruasi Tambah Lama, Apakah Berbahaya?
Sebab, vaksin mRNA menciptakan respons imun yang kuat, sehingga memengaruhi pengaturan siklus menstruasi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Vaksin Covid-19 ternyata bisa menyebabkan perubahan dalam siklus menstruasi.
Hal ini ditemukan dalam sebuah stusi terbaru di Amerika Serikat.
Dalam studi tersebut menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan siklus menstruasi bertambah satu hari lebih lama dibandingkan biasanya.
Namun para ahli menilai, perubahan tersebut tidak perlu dikhawatirkan, dan mereka juga memastikan bahwa vaksin Covid-19 aman untuk kesuburan maupun kehamilan pada wanita.
Baca juga: BPOM RI Terbitkan Izin Penggunaan Darurat 5 Jenis Vaksin Covid-19 untuk Booster, Apa Saja?
"Intinya adalah, kami beranggapan temuan ini meyakinkan untuk kesehatan, serta kesehatan reproduksi," ujar peneliti sekaligus profesor dari Oregon Health & Science University, Dr Alison Edelman.
Melansir CNN, Kamis (6/1/2022) para peneliti menganalisis data terhadap 4.000 wanita yang menggunakan aplikasi Natural Cycles, termasuk 2.400 orang yang divaksinasi selama penelitian dan 1.600 orang yang tidak divaksinasi.
Kemudian, mereka mencatat peningkatan siklus menstruasi yang lebih panjang, tampaknya banyak dialami oleh wanita yang menerima vaksin mRNA seperti vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna.
Baca juga: Ada Varian Omicron, Saran Epidemiolog: Segera Selesaikan Kurangnya Cakupan Vaksin Covid-19 di Daerah
Sebab, vaksin mRNA menciptakan respons imun yang kuat, sehingga memengaruhi pengaturan siklus menstruasi.
Dari total peserta yang diamati, sekitar 5 persen wanita mengalami perubahan signifikan secara klinis terkait siklus menstruasi yang lebih dari 8 hari.
Akan tetapi, perubahan ini hanya sementara dan dapat kembali normal dalam beberapa bulan.
Di sisi lain, peneliti juga mengungkapkan bahwa pengaturan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dan lingkungan.
Baca juga: Infeksi Covid-19 di Australia Capai 1 Juta Kasus, Omicron Meningkatkan Jumlah Rawat Inap
Direktur National Institutes of Health (NIH), Diana Bianchi mengatakan bahwa pihaknya telah berinvestasi sebanyak 1,7 juta dolar US atau sekitar Rp 24 miliar kepada lima tim peneliti untuk mempelajari potensi efek vaksin Covid-19 pada menstruasi.
"Kami khawatir bahwa mungkin kurangnya informasi berkontribusi pada keraguan vaksin pada wanita usia reproduktif," kata Bianchi.
Menurut dia, bukti ilmiah ini sangat dibutuhkan sebagai media informasi bagi para wanita terkait dengan efek apa yang bisa ditimbulkan setelah vaksinasi Covid-19.