Perusahaan Bio-Tech Indonesia Kantongi Hak Paten Obat Natural Berbasis Ekstrak Teripang
di dalam zat teripang ini juga Nucleus bersama BRIN-Pusat Riset Kimia telah berhasil mengisolasi sejenis terpenoid glikosida yang merupakan zat antika
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hak Kekayaan Intelektual (Haki) dikenal sebagai hak paten atau hak khusus yang diberikan negara kepada inventor atas hasil karya invensinya di bidang teknologi.
Terkait ini, perusahaan biotech Nucleus Farma (PT Natura Nuswantara Nirmala) resmi mengantongi dua hak paten atas temuan mereka di bidang pengobatan natural dan suplemen kesehatan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
Samuel Wirjawan, CEO Supahabu, perusahaan afiliasi dan lisensi dari Nucleus Farma group menyatakan, salah satu dari paten tersebut adalah proses pembuatan hidrolisat teripang (Sticophus variegatus) sebagai bahan baku sediaan farmasi dengan nomor P00201907575.
Invensi ini juga yang pertama di dunia dan telah diganjar oleh Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) pada dua tahun lalu.
Zat aktif dari hidrolisat merupakan pengembangan obat bahan alam dengan menggunakan mekanisme drug MOA (mechanistic of action) dan drug delivery mechanism sehingga dapat menghasilkan obat-obat yang lebih efektif dan on target dalam pengobatan yang berhubungan dengan sendi dan pengobatan osteoporosis dan aterosklerosi.
Baca juga: Perusahaan Biotech Lokal Indonesia Temukan Senyawa Aktif Antikanker di Ekstrak Teripang
"Hal ini terdapat pada Onogate dan Supahabu Beta yang berbahan dasar ekstrak Sticophus variegatus dan sudah digunakan sebagai pereda nyeri sendi dan nutrisi tulang," ujarnya dalam keterangan pers tertulis, Sabtu (12/2/2022).
Dia menjelaskan, di dalam zat teripang ini juga Nucleus bersama BRIN-Pusat Riset Kimia telah berhasil mengisolasi sejenis terpenoid glikosida yang merupakan zat antikanker untuk masa depan," papar Samuel.
Paten kedua adalah suplemen kesehatan mengandung ekstrak ikan gabus (Channa striata), ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan ekstrak kelor (Moringa oleifera) dalam sediaan cair siap minum dengan nomor P00201908169 yang diformulasikan di Onoiwa MX.
Dia mengatakan, sudah dilakukan penelitian observasi uji klinis khasiat ekstrak ikan gabus, temulawak dan kelor terhadap pasien Covid-19 dengan kasus sedang dan terbukti dapat menjadi adjuvant therapy serta dipublikasikan dalam jurnal internasional, European Journal of Molecular and Clinical Medicine.
Peneliti dalam pengembangan produk tersebut adalah Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed merupakan Guru Besar Bidang Farmakologi Bahan Alam dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.P merupakan praktisi dokter ahli spesialis paru.
Prof Syamsudin dan dr Lusi meneruskan penelitiannya dengan mengukur potensi antiinflamasi dan antioksidan dalam Onoiwa MX yang dapat berperan sebagai terapi adjuvant untuk meningkatkan efektivitas pengobatan standar Covid-19.
Hasil penelitian ini sudah terbit di dalam jurnal internasional, Teikyo Medical Journal Volume 44 Issue 4 pada Agustus 2021 dengan kode issn 03875547 merupakan jurnal medis terindeks scopus yang diterbitkan oleh Teikyo University School of Medicine sejak 1990. Jurnal tersebut menerima hasil penelitian medis termasuk kedokteran, farmasi, biokimia, psikologi, dan sejenisnya.
Dalam penelitian Prof. Syamsudin dan dr. Lusi, kombinasi pemberian Channa striata, Curcuma xanthoriza, dan Moringa oleifera pada Onoiwa MX dapat melengkapi pengobatan covid-19 sebagai terapi adjuvant, terutama untuk pasien dengan pneumonia ringan dan sedang.
Lusi Nursilawati Syamsi yang juga Ketua Satgas Covid-19 di RS Sentra Medika Cisalak mengatakan, penelitian ini menggunakan sumber daya alami dan melakukan basis riset dan teknologi dalam upaya menemukan obat-obatan dengan efek samping yang sangat minimal.
"Kadar LD50 dan LC50 sangatlah aman sehingga bisa dikonsumsi secara rutin dan harian. Pasien-pasien saya yang termasuk derajat sedang penderita covid-19 terbantu dengan pemberian rutin tersebut," ucap Lusi Nursilawati Syamsi.
Produk dengan bahan dasar alami lokal asli dari Indonesia ini telah diekspor ke Amerika, Australia, Jepang, Singapura, dan beberapa negara lain.
Baca juga: Kegiatan Pencari Teripang Asal Indonesia Kembali Marak di Wilayah Perairan Australia
CEO Nucleus Farma Edward Basilianus mengatakan, dalam riset ini pihaknya berkolaborasi dengan tim riset universitas dan lembaga riset lainnya untuk selalu mengembangkan inovasi di bidang Inamed (Indonesia Natural Medicine).
"Kolaborasi ini mengimplentasikan triple helix, yakni tiga komponen penting turut terlibat yakni, akademisi, pemerintah, serta pelaku usaha," ujar Edward Basilianus.