Indikasi Terjadinya Hujan Es, Berikut Tanda-tanda Alam Sebelum Kejadian
Indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat dapat dilihat melalui tanda-tanda sebagai berikut:
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Fenomena hujan es dilaporkan terjadi di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (21/2/2022) siang.
Hujan es ini mengguyur Surabaya sekitar pukul 14.50 WIB dengan partikel es yang cukup besar.
Kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es ini telah terjadi di beberapa wilayah seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan wilayah lainnya dalam satu pekan ini.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.
"Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan," ujar Guswanto dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews, Selasa(22/2/2022).
Baca juga: Hujan Es di Surabaya, Atap Rumah Warga Rusak
Baca juga: Fenomena Hujan Es di Surabaya dan Madiun, BMKG Minta Masyarakat Tetap Waspada
BMKG mengingatkan potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang.
Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain.
Indikasi Hujan Lebat/Es disertai Kilat
Fenomena hujan es/hasil merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
BMKG dalam laman resminya menerangkan, indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat dapat dilihat melalui tanda-tanda sebagai berikut:
- Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)
- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
- Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
- Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
- Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.
- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
- Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
Sifat-sifat putting beliung/angin kencang berdurasi singkat
- Sangat lokal
- Luasannya berkisar 5 - 10 km
- Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit
- Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba)
- Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari
- Bergerak secara garis lurus
- Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 - 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda - tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %
- Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung
- Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.
Fenomena Hujan Es
Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda menerangkan, hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail.
Fenomena hujan es tidak menggambarkan adanya fenomena yang spesifik, kecuali adanya fenomena pertumbuhan awan konvektif yang masif.