Sebutir Batu Langka dari Gurun Sahara Ungkap Fenomena Ledakan Supernova di Angkasa
Sebutir batu yang ditemukan dari Gurun Sahara mengungkap sebuah fenomena besar yang terjadi di ruang angkasa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Sebutir batu yang ditemukan dari Gurun Sahara mengungkap sebuah fenomena besar yang terjadi di ruang angkasa.
Dalam sebuah studi mengungkap batu tersebut menjadi bukti pertama untuk jenis supernova langka yang ditemukan di Bumi.
Seperti dikutip dari Live Science, Minggu (22/5/2022) komposisi kimia batu yang diberi nama Hypatia menunjukkan, bahwa batu yang pertama kali ditemukan di Mesir tahun 1996 itu mengandung debu dan gas yang pernah mengelilingi jenis supernova yang sangat besar.
Baca juga: Asteroid Berdiameter 0,8 KM Hari Ini Melintas Angkasa, Bagaimana Dampaknya Kalau Menabrak Bumi?
Supernova sendiri merupakan ledakan spektakuler dari bintang yang sekarat.
Peneliti sendiri berpendapat bahwa Hypatia berasal dari supernova tipe Ia.
Supernova tipe Ia biasanya terjadi di dalam awan debu di mana katai putih berbagi orbit dengan bintang yang lebih besar dan lebih muda yang masih memiliki bahan bakar untuk dibakar.
Katai putih yang lebih kecil dan lebih padat kemudian menggunakan tarikan gravitasinya yang sangat besar untuk mengambil sebagian bahan bakar bintang yang lebih muda, mengkonsumsinya tanpa henti.
Baca juga: Asteroid Berukuran 8 Kali Tugu Monas akan Melintas Dekat Bumi, Apakah Berbahaya?
Tindakan kanibalisme kosmik ini akhirnya berakhir dengan kehancuran.
Ledakan supernova yang sangat besar itu melemparkan isi kedua bintang. Dalam kasus batu Hypatia, campuran debu dan gas kemungkinan besar melayang di ruang angkasa selama miliaran tahun.
Campuran kemudian memadat menjadi batu besar dan saat meluncur ke Bumi kemudian pecah berkeping-keping.
Lalu bagaimana peneliti mengetahui dari mana batu itu berasal? Dalam studi ini, peneliti melakukan analisis kimia dari sampel kecil batu Hypatia menggunakan teknik non destruktif.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa batu memiliki jumlah silikon, kromium, dan mangan yang luar biasa rendah.
Sementara batu memilki kadar besi, belerang, fosfor, tembaga, dan vanadium yang sangat tinggi untuk benda-benda di lingkungan kosmik kita.
Baca juga: Meteorit Mars Akan Dipulangkan NASA ke Planet Asalnya Setelah 21 Tahun Berada di Bumi
"Hasil itu menunjukkan, pola kelimpahan elemen jejak yang benar-benar berbeda dari apa pun di Tata Surya.
Objek di sabuk asteroid dan meteor juga tak cocok dengan batu ini," kata penulis utama studi Jan Kramers, ahli geokimia di Universitas Johannesburg di Afrika Selatan.
Tes lebih lanjut, yang membandingkan konsentrasi elemen batuan kembali dengan hasil yang lebih mengejutkan.
Pencarian lengkap data bintang dan pemodelan membuat tim akhirnya menyebut bahwa asal usul batu dari supernova tipe Ia.
"Jika hipotesis ini benar, batu Hypatia akan menjadi bukti nyata pertama di Bumi dari ledakan supernova tipe Ia," ungkap Kramers.
Meski begitu masih ada keraguan, karena ada elemen yang tak cocok dengan model supernova Ia. Namun peneliti memberikan penjelasan, jika Hypatia mewarisi elemen tersebut dari bintang raksasa merah.
"Karena bintang katai putih terbentuk dari bintang raksasa merah yang sekarat, Hypatia mungkin mewarisi proporsi elemen tersebut dari bintang raksasa merah.
Fenomena itu telah diamati pada bintang katai putih dalam penelitian ini," papar Kramers.
Studi ini telah dipublikasikan di Icarus. (Kontributor Sains, Monika Novena/Bestari Kumala Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Temuan Batu Alien di Mesir, Peneliti Sebut Berasal dari Supernova Langka"