Para Ilmuwan Hidupkan Kembali Virus Berusia 48.500 Tahun
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa permafrost yang mencair dapat menimbulkan bahaya bagi umat manusia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa permafrost yang mencair dapat menimbulkan bahaya bagi umat manusia.
Hal ini disampaikan setelah menghidupkan kembali virus kuno yang membeku selama puluhan ribu tahun.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (25/11/2022), tim internasional yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa virus semacam itu masih mampu menginfeksi organisme hidup.
Baca juga: Cara Penularan Virus Polio, Dapat melalui Kontak Langsung hingga Lewat Droplet
Ini setelah mereka mengamati total sembilan virus purba yang ditemukan di permafrost Siberia yang menginfeksi amuba di laboratorium.
Virus paling kuno yang baru ditemukan itu berusia hampir 50.000 tahun.
"48.500 tahun adalah rekor dunia," kata anggota tim dan peneliti di Universitas Aix-Marseille di Prancis, Jean-Michel Claverie.
Timnya mempelajari total tujuh virus purba dalam studi terbarunya.
Grup tersebut telah menerbitkan pracetak karya mereka pada awal November ini.
Baca juga: Dokter Spesialis Ungkap Jumlah Virus Covid-19 dan Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menularkan
Kelompok yang beranggotakan ilmuwan dari Rusia, Prancis dan Jerman itu sebelumnya telah berhasil menghidupkan kembali dua virus purba lainnya yang berusia 30.000 tahun.
Virus yang ditemukan dan dihidupkan kembali oleh tim tersebut dianggap sebagai yang paling kuno yang pernah dihidupkan kembali.
Meskipun beberapa peneliti lain mengklaim telah menghidupkan kembali bakteri, yang dikatakan berusia hingga 250 juta tahun.
Semua virus yang dihidupkan kembali oleh tim, termasuk jenis pandoravirus yakni sekelompok virus raksasa yang hanya mampu menginfeksi organisme bersel tunggal seperti amuba.
Namun, fakta bahwa 9 virus purba masih mampu menginfeksi sel hidup setelah menghabiskan puluhan ribu tahun di permafrost, mengindikasikan bahwa virus lain yang berpotensi menularkan tumbuhan, hewan atau bahkan manusia yang terperangkap di sana dapat dilepaskan dan dihidupkan kembali.
"Ada bahaya yang nyata, ada bakteri dan virus yang keluar setiap hari, namun tidak mungkin untuk secara tepat menentukan tingkat potensi bahaya saat ini," jelas Claverie.
Rusia telah memperingatkan tentang bahaya yang mungkin timbul akibat pencairan permafrost yang terus berlanjut akibat perubahan iklim.
Perwakilan senior Rusia untuk Dewan Arktik, Nikolay Korchunov mengatakan bahwa mencairkan tanah yang telah sangat beku selama berabad-abad, jika bukan selama ribuan tahun, masih dapat mengandung beberapa spora bakteri dan virus 'zombie'.
Rusia pun menganggap bahayanya cukup serius untuk meluncurkan proyek keamanan hayati dan meminta semua negara Dewan Arktik lainnya untuk bergabung.
Selain Rusia, organisasi antar pemerintah ini termasuk diantaranya Amerika Serikat (AS), Kanada, Denmark, Norwegia, Islandia, Finlandia dan Swedia.