Fenomena Astronomis di Bulan Desember 2022: Oposisi Mars dan Hujan Meteor Geminid
Fenomena astronomis oposisi Mars dan hujan meteor Geminid menjadi dua fenomena langit di bulan Desember 2022. Simak penjelasannya.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Kemudian, Mars berkulminasi di arah Utara dengan ketinggian antara 54,3 derajat di Rote Ndao hingga 70,9 derajat di Kota Sabang.
"Kenampakan Mars berakhir keesokan paginya di arah Barat Laut sekitar Matahari terbit."
"Saat oposisi kali ini, jarak Mars dari Bumi sebesar 82,2 juta kilometer, dengan kecerlangannya sebesar -1,87 atau 1,5 kali lebih terang dibandingkan dengan (bintang) Sirius," urai Andi.
Baca juga: Lubang di Planet Mars Menyerupai Pintu, Benarkah Buatan Aliens?
Oposisi Mars kali ini juga bertepatan dengan fenomena Bulan Purnama Desember yang puncaknya terjadi pada 8 Desember pukul 11.08 WIB/12.08 WITA/13.08 WIT.
Fenomena ini dapat disaksikan tanpa menggunakan alat bantu optik selama cuaca cerah, medan pandang bebas dari penghalang dan lokasi pengamatan bebas dari polusi cahaya.
Oposisi Mars akan terjadi kembali pada 16 Januari 2025 dan 19 Februari 2027.
"Secara umum, tidak akan ada dampak yang dialami oleh penduduk di Bumi saat fenomena ini terjadi," ungkap Andi.
Hujan Meteor Geminid (14-15 Desember 2022)
Sementara itu selain fenomena Oposisi Mars, di penghujung tahun 2022 akan ada fenomena hujan meteor Geminid.
Dilansir LAPAN, puncak hujan meteor Geminid diperkirakan terjadi pada 14-15 Desember 2022.
Hujan meteor Geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon.
Hujan meteor Geminid dapat disaksikan di arah Timur Laut pada pukul 20.30 WIB hingga Barat Laut 25 menit sebelum Matahari terbit.
Turun dengan intensitas 120 meteor/jam, intensitas ini berbeda-beda di daerah Sabang dan Pulau Rote.
Bergantung variasi ketinggian maksimum titik radian, intensitas puncak hujan meteor Geminid terbagi menjadi:
Sabang (63 derajat): 107 meteor/jam
Pulau Rote (46 derajat): 86 meteor/jam
Meski ada cahaya Bulan, puncak hujan meteor Geminid dapat disaksikan dengan mata telanjang, asalkan langit cerah, bebas polusi cahaya, dan medan pandang bebas penghalang.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)