3 Tahap Mitigasi Bencana untuk Hadapi Gempa Bumi Megathrust, dari Pra sampai Pasca
Simak 3 tahap mitigasi bencana untuk hadapi gempa bumi Megathrust yang diprediksi akan melanda Indonesia, antara lain pra, saat, dan pasca.
Penulis: tribunsolo
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Gempa bumi Megathrust yang diprediksi BMKG berpotensi terjadi Indonesia harus direspons serius dengan pemahaman mitigasinya.
Gempa megathrust adalah gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, di mana salah satu lempeng tektonik Bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya.
Kedua lempeng saling bersentuhan dan bergerak maju satu sama lain, menyebabkan penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng sehingga menyebabkan gempa megathrust yang besar.
Bencana gempa bisa melanda kapan saja, tetapi melalui mitigasi yang sudah dilakukan tentu akan mengurangi dampaknya.
Dalam hal ini, mitigasi akan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pra, saat, dan pasca bencana yang bisa diikuti dan dilaksanakan.
Berikut ini ketiga tahap mitigasi bencana untuk hadapi gempa Megathrust mendatang yang dikutip dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, Kamis (15/8/2024).
Prabencana
1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi, misal tempat yang dituju untuk evakuasi, barang yang dibutuhkan, dan sebagainya.
2. Lakukan pelatihan untuk menghadapi reruntuhan saat gempa, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan.
4. Membangun kontruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat, dan merenovasi bagian rumah yang rentan.
5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Baca juga: BMKG soal Megathrust Tunggu Waktu: Bukan Seolah Segera Terjadi Gempa Besar
Saat Bencana
1. Upayakan keselamatan diri dengan cara berlindung di bawah meja untuk menghindari reruntuhan benda-benda dan jendela kaca, lindungi kepala dengan bantal atau helm, serta berdirilah di dekat pintu, kemudian keluar dari rumah bila sudah terasa aman.
2. Jika sedang memasak, segera matikan kompor, dan mencabut atau mematikan semua peralatan listrik untuk mencegah kebakaran.
3. Ketika keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, dan material lain, serta segera menuju lapangan terbuka yang jauh dari tiang, pohon, maupun gedung yang mungkin roboh.
4. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangannya, sebaiknya lewat tangga darurat untuk evakuasi.
5. Jika terlanjur di dalam lift, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada pengelola bangunan.
6. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan.
7. Apabila berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan, silahkan ikuti intruksi evakuasi darinya.
Jika sedang di dalam mobil:
1. Saat terjadi guncangan, mobil akan kehilangan kendali, sehingga harus dihentikan.
2. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil di kiri bahu jalan untuk berhenti.
3. Ikuti intruksi dari petugas berwenang dengan memperhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radia atau gawai.
4. Hindari berhenti di bawah atau atas jembatan maupun dekat rambu-rambu lalu lintas yang berpotensi roboh.
Pascabencana
1. Tetap waspada terhadap gempa yang terjadi setelahnya.
2. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri setelah gempa berhenti, dan perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan saat evakuasi.
3. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
5. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air.
6. Apabila di luar bangunan dengan tebing pada sekelilingnya, hindari daerah yang rawan longsor.
7. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Itulah tadi mitigasi bencana gempa bumi yang bisa diikuti untuk pencegahan kerusakan yang lebih parah.
(mg/Mardliyyah)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)