7 Mitos Kesehatan yang Kerap Dipercaya Ini Disanggah Ilmuwan: Termasuk Tak Boleh Minum Saat Makan
Banyak mitos tentang kesehatan yang beredar di masyarakat. Berikut 7 mitos tentang kesehatan yang disanggah oleh ilmuwan.
Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa mitos tentang kesehatan telah disanggah oleh ilmuwan modern.
Beberapa orang pasti sering mendengar tentang mitos kesehatan dan mengamalkannya.
Orang-orang mengamalkan mitos ini bukan selalu karena percaya.
Terkadang, mereka melakukan itu hanya untuk berjaga-jaga dan tidak mau mengambil risiko.
Sekarang dengan adanya alat penelitian kesehatan yang modern, mitos itu tak lagi menghantui kita.
Berikut Tribunnews lansirkan dari Brightside, 7 mitos kesehatan yang disanggah oleh ilmuwan modern.
1. Deodoran menyebabkan kanker payudara
Deodoran adalah satu dari jenis anti perspirant.
Antiperspirant hanya efektif ketika garam aluminium menghalangi pori-pori yang keluar dari keringat.
Pada tahun 1960-an, aluminium dipercaya dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Asosiasi Alzheimer mengklaim, penelitian belum membuktikan, aluminium memainkan peran apa pun dalam perkembangan penyakit.
Oleh karena itu, tidak ada gunanya menyingkirkan antiperspirant.
Orang juga percaya, antiperspirant dapat menyebabkan penyakit ginjal.
Mitos ini dibantah oleh para ilmuwan dari National Kidney Foundation.
Mereka menjelaskan, tidak mungkin untuk menyerap begitu banyak aluminium melalui kulit untuk benar-benar merusak ginjal.
Juga, aluminium dan paraben di antiperspirant disalahkan untuk perkembangan kanker payudara.
Mitos ini juga dibantah oleh spesialis dari National Cancer Institute.
2. Tidak boleh minum saat makan
Saat masih kecil, kita mungkin sering ditegur agar tidak minum di sela-sela makan.
Kita dianjurkan untuk menyelesaikan makan terlebih dulu, baru selanjutnya boleh minum.
Namun mitos ini tidak benar.
Semua air yang anda minum sambil makan membantu mencuci potongan makanan di kerongkongan ke perut.
Ini juga memecah benjolan besar makanan serta menghasilkan asam dan fermentasi.
Air mencairkan sekresi jus lambung, tetapi tidak mengganggu kerja lambung.
Yang terakhir mengatur konsentrasi jus lambung; segelas air hanya akan membantu anda mencerna makanan dengan benar.
Sehingga tidak ada salahnya makan sambil minum.
3. Sabun batang dapat mentransfer bakteri
Anda mungkin pernah melihat iklan sabun cair di televisi.
Dalam iklan tersebut, ada perbandingan dari sabun cair dan sabun batang.
Sabun cair dianggap lebih higienis sebab sabun batang dapat mentansfer bakteri dari satu tangan ke tangan yang lain.
Faktanya, tidak ada sabun yang mentransmisikan bakteri.
Bahkan jika seseorang dengan virus Ebola menggunakan sebatang sabun, itu akan tetap aman bagi anda untuk menggunakannya.
Sekelompok ilmuwan melakukan percobaan : mereka menempatkan bakteri di sebatang sabun, mencuci tangan mereka, dan memberi bar kepada peserta lain dari eksperimen.
Hasilnya, mereka tidak menemukan bakteri apa pun di tangan para peserta.
4. Ada makanan yang negatif kalori
Seledri, anggur, brokoli, tomat, dan mentimun disebut makanan yang negatif kalori.
Negatif kalori adalah kandungan kalori dalam makanan tersebut minus, atau di bawah nol.
Sehingga jika kita mengonsumsi makanan itu, bisa jadi kalori yang ada pada tubuh kita justru hilang.
Namun, tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung fakta ini.
Meskipun mereka rendah kalori (dari 7 hingga 30 kalori per 100 g), tubuh tetap membutuhkan lebih sedikit energi daripada biasanya.
Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta, produk-produk ini mengandung banyak air dan serat yang tidak memerlukan banyak energi untuk dicerna.
5. Arang aktif membantu mengobati mabuk
Gejala mabuk muncul ketika alkohol di hati berubah menjadi racun asetaldehida, kemudian yang terakhir masuk ke aliran darah.
Arang aktif menyerap racun di dalam tubuh dan mempromosikan pembuangan cepat mereka melalui usus.
Namun, itu hanya efektif pada jam pertama setelah keracunan.
Ini ide yang cukup sia-sia untuk mencoba menggunakan arang di pagi hari.
Untuk meredakan sakit kepala, kamu dapat menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen, Diclofenac, dan Naproxen.
Jangan mengonsumsi Parasetamol: tidak tercampur dengan alkohol dan minumlah banyak air.
6. Gluten buruk untuk kesehatan
Para ilmuwan membandingkan lebih dari 650 produk bebas gluten dengan padanannya.
Mereka menemukan, produk bebas gluten mengandung lebih banyak kalori, gula, lemak, dan sedikit protein.
Ada orang yang harus makan makanan bebas gluten karena alergi atau jika mereka menderita penyakit celiac.
Gluten dapat menyebabkan kerusakan pada usus kecil (sekitar 1 dari 100 orang menderita penyakit ini).
Untuk orang sehat, membatasi jumlah makanan gandum dalam diet seseorang dapat meningkatkan risiko perkembangan penyakit jantung.
7. Anjuran untuk melangkah minimal 10.000 langkah setiap hari
Sepuluh ribu langkah adalah angka acak yang dibuat oleh Jepang untuk mempromosikan penghitung langkah baru pada pertengahan 1960-an.
Peningkatan tajam dalam aktivitas mungkin memiliki konsekuensi negatif bagi orang-orang dengan penyakit kronis, orang tua, penderita diabetes, atau mereka yang terbiasa dengan gaya hidup yang tidak aktif.
Beberapa penelitian membuktikan, untuk tetap bugar dan sehat, Anda hanya perlu mengambil 5.000 hingga 8.000 langkah setiap hari.
Para ilmuwan mencoba menghitung jumlah yang diperlukan dan mengklaim, disarankan untuk mengambil setidaknya 7.500 langkah per hari.
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)