Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran Turki Al-Faisal : CIA Tidak Bisa Dipercaya
Pangeran Turki Al-Faisal mengatakan CIA tidak bisa dipercaya tentang kasus pembunuhan Jamal Khashoggi yang dilakukan oleh Putera Mahkota Arab Saudi.
Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM - Pangeran Turki Al-Faisal mengatakan Central Intrelligence Agency (CIA) tidak bisa dipercaya tentang kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.
Ia mengatakan bahwa CIA belum tentu menjadi standar tertinggi kebenaran atau akurasi dalam menilai situasi.
Ia meragukan temuan CIA yang melaporkan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman (MBS) memerintahkan pembunuhan itu.
Al-Faisal mengatakan bahwa CIA tidak bisa diandalkan untuk mencapai kesimpulan yang kredibel.
"CIA belum tentu standar tertinggi kebenaran atau akurasi dalam menilai sesuatu. Contohnya adalah banyak," kata Al-Faisal kepada wartawan di Abu Dhabi, Sabtu (24/11/2018) dilansir Tribunnews.com dari Aljazeera.com.
Baca: Pembunuhan Jamal Khashoggi: Para Legislator Amerika Serikat Selidiki tanggapan Presiden Donald Trump
Ia menyebutkan kesimpulan CIA bahwa Irak memiliki senjata kimia sebelum invasi AS 2003 menunjukkan bahwa CIA tidak bisa diandalkan.
"Itu yang paling mencolok dari penilaian yang tidak akurat dan salah," katanya dalam acara yang diselenggarakan oleh Beirut Institute.
"Yang menyebabkan perang skala penuh dengan ribuan orang terbunuh," lanjutnya dilansir dari Aljazeera.com.
"Saya tidak mengerti mengapa CIA tidak diadili di Amerika Serikat. Ini adalah jawaban saya untuk penilaian mereka tentang siapa yang bersalah dan siapa yang tidak, dan siapa yang melakukan apa di konsulat di Istanbul," ujarnya.
CIA telah menyimpulkan MBS telah memerintahkan operasi untuk membunuh Khashoggi, seperti yang pertama dilaporkan oleh Washington Post.
Presiden AS Donald Trump telah membantah bahwa agensi itu mencapai kesimpulan tentang pembunuhan itu.
"Mereka memiliki perasaan dengan cara tertentu," kata Trump.
Media Turki memberitakan Direktur CIA, Gina Haspel berkata kepada otoritas setempat bahwa pihaknya memperoleh rekaman percakapan MBS.
Dalam percakapan tersebut, dilaporkan putra mahkota berusia 33 tahun itu memberikan instruksi untuk 'menutup mulut' Khashoggi.
Khashoggi terbunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Pemerintah Turki menuding MBS sebagai pihak yang memerintahkan pembunuhan itu.
Riyadh mengatakan Khashoggi terbunuh dan tubuhnya dipotong-potong setelah negosiasi untuk membujuknya agar kembali ke Arab Saudi gagal.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa laporan CIA tidak bersifat menentukan, dan memilih untuk mengumumkan dukungannya kepada Saudi.
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)