Perdebatan Harga Pasar Jokowi-Sandi Sengit, Lembaga Survei: Pilpres 2019 Akan Lebih Rasional
Perdebatan harga pasar antara Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo dengan Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menjadi semakin sengit
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNNEWS.COM - Perdebatan harga pasar antara Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) dengan Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menjadi semakin sengit.
Perdebatan harga pasar yang sengit ini, menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median, Rico Marbun, perdebatan tersebut menunjukkan bahwa pilpers 2019 akan lebih rasional.
Pernyataan tersebut, Rico kemukakan dalam acara Aiman di Kompas TV, Senin (26/11/2018).
"Jadi pertarungan Pilpres 2019 nanti pertarungan yang menurut saya lebih rasional daripada pertarungan yang kita lihat beberapa waktu lalu di Pilkada DKI," ujar Rico.
Baca: Fakta Terbaru Kasus Dana Kemah Pemuda, Dahnil Anzar sebut Sikap Kepolisian Menghina Jokowi
Survei terbaru dari Median menyebutkan, kegelisahan warga saat ini adalah masalah ekonomi.
Maka dari itu, Rico tidak heran jika pertarungan pilpres 2019 akan lebih banyak dihabiskan di pasar.
"Variabel paling besar yang memengaruhi cara orang memilih itu adalah kinerja dan performa ekonomi. Nomor satu itu," ucap Rico.
Hal tersebut membuat masyarakat menentukan pilihan berdasarkan persoalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Baca: Jokowi sebut Orang Super Kaya Tak Pernah ke Pasar tapi Bilang Harga Mahal, Sandiaga: Itu Bukan Saya
"2019 ini faktor rasional jauh lebih besar, itu faktor ekonomi. Politik identitas sudah tidak laku lagi," tambah Rico.
Rico juga mengatakan, petahana memiliki tingkat keterpilihan lebih tinggi daripada penantangnya.
Namun jika petahana tak mampu mengantisipasi isu ekonomi, dirinya bisa saja kalah.
Maka dari itu, jika Jokowi ingin menang di Pilpres 2019, dirinya harus membuat ekonomi stabil.
Baca: Dukung Prabowo-Sandiaga, Begini Reaksi Rhoma Irama Saat Lihat Foto Megawati dan Jokowi
Menurut Rico, Jokowi sudah menyadari akan hal ini.
Maka dari itu, Jokowi terus mengimbangi strategi Sandiaga yang terus menyebut harga pasar naik.
"Mau tidak mau dia habis-habisan begitu," ucap Rico.
"Makanya kemarin harga BBM subsidi tidak jadi dinaikan dan itu secara political marketing langkah itu sudah benar," tambahnya.
Rico menambahkan, masyarakat tidak mau tahu apa yang sedang terjadi di dunia internasional yang membuat ekonomi di Indonesia tidak stabil.
Maka dari itu, jika semua bahan harganya naik, elektabilitas Jokowi bisa turun.
Masyarakat hanya ingin tahu bahwa BBM murah dan beras yang bisa mereka makan.
(Tribunnews.com/Whiesa)